Minggu, 19 Desember 2010

Mengenang Alam yang Dilupakan Manusia Setelah Mereka di Dunia; Rahim!

Resensi oleh Prazetya Belati Putra



"Memberi adalah mendapatkan lebih” -Fahd Djibran-

Mendengarkan cerita dongeng, menurut sebagian orang merupakan hal yang sungguh menyenangkan. Jargon klasik sebagai ‘cerita pengantar tidur’ telah begitu lekatnya disematkan pada jenis cerita yang satu ini. Namun apa jadinya jika cerita dongeng tersebut bercerita perihal sebuah kejadian yang sebenarnya pernah di alami oleh hampir semua manusia (kecuali Adam, si Manusia pertama! -pen) sebelum mereka terlahir di dunia?

Fahd Djibran, salah satu dari jutaan penulis imajinatif, kali ini mampu menuangkan dokumentasi fiktif nan ilmiah dalam karya fenomenal nya yang berjudul Rahim. Novel ini bercerita tentang ‘Seseorang’ (kita anggap saja tokoh ini demikian -pen) yang bernama ‘Dakka Madakka’, yang berasal dari sebuah tempat yang bernama ‘Ura’, dengan profesi unik nya sebagai ‘Pengabar Berita dari Alam Rahim’. Dengan tugasnya tersebut, ia mengemban amanah dari ‘Kerajaan Semesta’ untuk mengabarkan sebuah berita dan cerita, tentang bagaimana alam rahim itu sesungguhnya. Menurutnya, tugas ini diemban dengan adanya sebuah ‘krisis’ yang terjadi di alam rahim tersebut, dikarenakan perkembangan dunia modern (di alam dunia -pen) yang seakan-akan menafikkan keberadaannya.

Alam Rahim yang sejatinya merupakan tempat persinggahan manusia selama kurang lebih sembilan bulan sebelum mereka terlahir ke Alam Dunia, menjadi sedemikian mudahnya dilupakan, atau bahkan disangkal oleh sebagian manusia ketika mereka telah terlahir dan hidup di Alam Dunia yang kita tempati ini. Dan melalui dongeng dalam buku inilah, Fahd (dengan dibantu tokoh Dakka tersebut) mencoba meyakinkan kembali para manusia, bahwa sebenarnya Alam Rahim merupakan salah satu bagian dari Kerajaan Semesta, yang terdiri dari; Alam Roh, Alam Rahim, Alam Dunia, Alam Pasca Dunia, dan terkahir Alam Akhirat. Fase-fase tersebut, terutama Fase Alam Rahim, kembali di kabarkan oleh Dakka (sebagai Pengabar Berita dari Alam Rahim) melalui buku ini kepada para pembaca dengan gaya bahasa yang terkesan begitu akrab.

Narasi fiktif dari dongeng pada buku ini, pada beberapa bagian menjadi terkesan begitu serius dengan adanya beberapa Regulasi berupa Undang-undang (UU) dari Alam Rahim, yang dipaparkan oleh Dakka kepada para pembaca, yang mampu membuat para pembaca mampu untuk menembus selubung imaji mereka untuk mem-visualisasikan kepada diri mereka masing-masing, tentang keberadaan Alam Rahim beserta perangkat otoritas di dalamnya.

Di satu sisi, beberapa bagian selain porsi dongeng dalam buku Rahim ini, kiranya mampu menjadi semacam panduan atau tutorial bagi para calon ayah, tentang pemaparan keadaan yang akan di hadapinya, sejak berita kehamilan sang istri, hingga pada proses persalinannya. Selain itu, penjelasan secara biologi dan ilmiah yang begitu khas kedokteran, tentang bagaimana seluk-beluk Alam Rahim, dijelaskan secara cukup mendetail oleh Fahd pada karyanya yang satu ini. Di satu sisi, buku ini memang hanya buku dongeng, namun terbuka sebuah kemungkinan besar bagi para mahasiswa jurusan kedokteran (terutama dokter kandungan), serta fakultas-fakultas sejenisnya, untuk ‘mencuri’ beberapa materi perkuliahan mereka pada buku ini.

Dalam cerita di buku berjudul Rahim ini, terselip dialog-dialog fiktif antara roh si calon bayi dalam kandungan dengan tokoh Dakka. Ada juga tokoh kucing bijaksana dengan kata-kata mutiaranya yang begitu ‘enlightment’ bagi para pembaca. Serta serangkaian kisah-kisah yang mampu menghantam nalar para pembaca dengan petuah-petuah bijaknya, yang sepertinya sengaja ditampilkan oleh Fahd dalam karyanya kali ini, sebagai kesatuan wujud propaganda yang mampu mengingatkan kita tentang pemaknaan hidup masing-masing secara personal di dunia kita hari ini.

Dan pastinya, satu kata yang tidak boleh dilupakan dalam rangkaian dongeng pada buku Rahim ini pun tak luput pula untuk dibahas; Ibu! Satu kata yang mewakili personifikasi seorang wanita, dimana isi perut nya (rahim), merupakan sebuah tempat yang menjadi kediaman bagi para si calon bayi selama sembilan bulan berada dalam kandungannya. Kisah tentang keberadaan ‘Kuil Kesedihan di Alam Rahim’ dan curahan air mata seorang ibu ketika merasa tersakiti oleh anak kandung nya ketika hidup di dunia, seakan cukup bagi Fahd untuk menjadikannya bahan baku demi membuat sebuah ‘palu godam’ yang akan menggedor hati, otak, dan logika para pembaca, ketika menelusuri paragraf- paragraf yang bercerita tentang sosok seorang ibu pada kisah dalam buku ini. Dan kiranya, kisah-kisah serta pemaparan pada bagian-bagian yang bercerita tentang sosok ibu ini mampu menjadi bahan introspeksi bagi para pembaca, untuk kembali merenungi apa yang telah mereka perbuat kepada ibu nya masing-masing. Sekedar sebagai pengingat dan alasan untuk ‘para anak’ agar kembali menghormati, menghargai, dan mencintai kasih sayang ibunya masing-masing, Fahd mampu berperan bagi kesemua hal tersebut melalui kisah-kisah imajiner pada karya nya yang satu ini, Rahim!

Selamat terpana dengan membaca dongeng yang satu ini!

Senin, 13 Desember 2010

Dongeng dari Sang Pengabar Alam Rahim

Wita Lestari, Jurnal Nasional

INGATKAH Anda ketika berada dalam Alam Rahim? Menurut sebuah keyakinan, sebelum beralih ke Alam Dunia (Alam Fana), setiap manusia berada di Alam Ruh dulu, lalu pindah ke Alam Rahim. Sekeluar dari Alam Rahim, manusia hidup di Alam Dunia sampai tiba waktunya pindah ke Alam Kubur, dan akhirnya ke Alam Akhirat. Tidak seperti ketika manusia berada dalam Alam Dunia dan mungkin alam-alam setelahnya, alam sebelum Alam Dunia tidak kita ingat lagi. Meski saat di Alam Rahim sekitar sembilan bulan kita pernah hidup di dalamnya. Nah, buku ini berisi cerita--atau sang penulis menyebutnya dengan dongeng--tentang apa yang dialami seseorang selama dia hidup di Alam Rahim.


Intinya, buku ini mengisahkan tentang proses kejadian manusia. Mulai dari bertemunya sel benih ibu (sel telur) dengan sel benih ayah (sperma), lalu terjadi pembuahan yang membentuk embrio. Embrio pun mempunyai tahap perkembangan. Mulai dari penyatuan sel benih ayah-ibu menjadi satu sel, lalu satu sel ini membelah menjadi dua, dari dua lalu menjadi empat, empat menjadi delapan, delapan menjadi 16, dari 16 sel menjadi 32 sel, dan seterusnya melipatgandakan diri menjadi multisel tak terhingga yang merupakan bahan pembentukan seorang individu. Orang sering menyebut tahapan tersebut di atas dengan tahap gumpalan.


Dalam istilah ilmiahnya, tahapan gumpalan tersebut dimulai dengan tahap morula (sel-sel berbentuk seperti anggur), lalu berbentuk bola yang disebut blastosis. Dari bentuk bola ini ia akan memipih membentuk lempengan. Dari lempengan ini kemudian dengan suatu mekanisme ia akan melengkung membentuk bulatan panjang (tabung). Setelah tahap ini di sepanjang tabung ini akan terbentuk segala bakal (tunas) yang berupa tonjolan. Ada bakal kepala, bakal tangan, bakal tungkai, bakal alat kelamin, dan sebagainya.


Segala bakal organ tersebut kemudian terus berkembang dan mengalami pematangan menjadi organ-organ permanen sebagaimana yang lazim kita lihat pada manusia sempurna, yakni kepala, mata, mulut, tangan, kaki, alat kelamin, dan seterusnya. Bila masa pematangan organ-organ telah tercapai, maka terbentuklah calon bayi yang pada waktunya akan dilahirkan dari Alam Rahim seorang ibu. Kapan ruh dimasukkan pada calon bayi? Apa saja pengalaman-pengalaman yang dialami oleh seorang individu selama dalam Alam Rahim?


Segala proses yang sudah tidak kita ingat lagi itu setelah kita hadir di Alam Dunia, diceritakan dalam buku ini dengan cara mendongeng. Penulisnya sengaja memakai teknik penceritaan tersebut. Sebuah pendekatan yang cerdik, mengingat penjelasan proses kejadian seorang individu secara ilmiah sangatlah rumit. Belum lagi istilah-istilah medis dan biologis yang bagi kaum awam sangat alot untuk dicerna. Pendekatan seperti ini sebelumnya saya temukan pada novel filsafat Dunia Sophie yang ditulis oleh Jostein Gaarder (diterbitkan di Indonesia oleh Penerbit Mizan tahun 1996 dan tahun 2010 kini dicetak ulang). Materi filsafat yang berat dan rumit menjadi cair hingga mudah diserap dan dicerna dalam Dunia Sophie. Hal yang sama terasakan dari membaca buku Rahim ini. Terutama saat kita membaca bagian-bagian yang bersifat filosofis seperti untuk apa seorang bayi dilahirkan (pertemuan calon bayi dengan Mahavatara, utusan Raja Semesta, hlm. 215), apa tujuan hidup kita di Alam Dunia (pertemuan calon bayi dengan Nenek Olav, hlm. 268) peran ibu (hlm. 179-202) dan ayah (hlm. 245-258), mengapa aborsi mesti ditolak (hlm. 227-242), apa tugas manusia setelah dilahirkan (hlm. 277-287).


Dengan teknik mendongeng, pembaca bisa mengikuti rangkaian proses alam kejadian manusia yang rumit itu dengan mudah. Tengok saja kala penulis ingin mengisahkan tentang proses ngidam pada seorang ibu hamil. ... apa yang terjadi padamu saat kau baru berusia enam minggu dalam kandungan Ibumu. Setelah blastocyst (blastosis-Red) tertanam di lapisan rahim Ibumu, embrio mulai menghasilkan zat-zat kimia yang memiliki dua fungsi. Pertama, memberi sinyal pada tubuh Ibumu bahwa embrio tersebut telah hadir dan ini memicu perubahan-perubahan dalam tubuh ibu: siklus ovulasi Ibumu berhenti (ini saat Ibumu tak lagi mengalami menstruasi. Kau mengerti, kan?), lendir pada mulut rahim Ibumu menebal (ini biasanya ditandai dengan rasa mual di pagi atau sore hari), dinding rahim melunak dan payudara Ibumu membesar. Kedua, sistem kekebalan tubuh Ibumu ditekan sehingga embriomu tidak diperlakukan sebagai benda asing dan ditolak.


Inilah fase saat kau memberi tahu Ibumu, "Ibu, aku ada di sini!" Lalu ibumu mulai merasa mual dan bergegas menuju kloset.... Ya, ya sudahlah, kau mendengar sendiri bagaimana suara Ibumu berusaha memuntahkan sesuatu, bukan? Agak menjijikkan membahasnya di sini (hlm. 30)


Kalau setiap orang tak ingat apa saja yang terjadi di Alam Rahim, lantas bagaimana si penulis bisa mendongengi pembaca tentang hal ini? Aha! Rupanya di sini ia juga berperan sebagai seorang Pengabar Berita dari Alam Rahim. Asal kau tahu, ada kehidupan unik di dalam rahim seorang ibu yang mengandung. Kehidupan yang bahkan lebih nyaman dan lebih menyenangkan daripada kehidupan di dunia. Kau memang tak mungkin mengingatnya. Sebab sebelum bayi-bayi dilahirkan ke dunia, mereka harus melewati terowongan Vaghana yang dipenuhi cairan kental yang membuat seluruh ingatanmu terhapus. Kau tak akan ingat lagi apa yang terjadi di Alam Rahim--apa pun yang pernah kau alami dan lewati di sana (hlm. 28).


Realitas yang Didongengkan


Pembaca akan mencerna proses demi proses selama individu dalam rahim tanpa kening berkerut. Malah justru agak terhibur karena si pencerita ternyata seorang humoris, meski kejenakaannya tidak selalu tersurat dalam tulisan. Di Alam Rahim, ada sebuah makanan rahasia yang kalau diracik oleh Menteri Khusus Urusan Mimpi Kerajaan Alam Rahim dan kau memakannya akan (a) menyebabkan tidur, dan juga (b) membawa bayi yang tidur ke mana pun dia mau. Semacam teleportasi tradisional yang diperkenalkan secara turun-temurun di kerajaan Alam Rahim. Dan dengan keterampilan tertentu, seseorang bisa memilih agar terbangun di suatu tempat (hlm 149).


Untuk siapakah buku ini? Inilah masalahnya. Penulisnya sendiri tidak menyebutkan sasaran pembacanya yang spesifik. Apakah untuk anak-anak, remaja, atau dewasa. Namun, bila menilik substansi yang diceritakan, saya kira anak-anak yang berusia di atas 10 tahunlah yang bisa mencernanya, meski kalimat-kalimat sederhananya sebenarnya sudah bisa diserap anak usia 7 atau 8 tahun. Bila untuk dewasa, saya kira bagus juga terutama untuk mereka yang agak mumet bila membaca istilah-istilah ilmiah untuk memahami substansi yang satu ini. Hanya saja, pada setiap bagian penceritaan terkait realitas lazim ayah atau ibu yang terselip dalam cerita ini, menurut saya, adalah bagian yang agak membosankan bagi individu dewasa yang membacanya.


Alhasil, agaknya buku ini pas dibaca oleh kaum remaja yang memang membutuhkan pemahaman tentang proses pembentukan seorang individu dari tahap sel hingga menjadi individu utuh. Lebih-lebih bacaan tentang topik ini buat mereka memang masih jarang dalam literatur kita. Padahal, cerita seputar janin yang tumbuh dalam rahim seorang perempuan adalah sebuah misteri besar. Merupakan dunia tersendiri yang jarang tersentuh. Dalam hal ini buku ini bisa menjadi bacaan pelengkap pendidikan seks.


Seperti yang disiratkan penulisnya, tujuan penulisan buku ini agar pembacanya lebih menghargai hidup. Menghargai setiap tarikan napas. Menghargai apa pun yang dianugerahkan Raja Semesta (Rahim adalah nama lain dari Raja Semesta) bagi kita. Kita beruntung bila memiliki orang tua yang baik. Kita beruntung memiliki hidup.


Nampaknya buku ini lebih ditujukan si penulis pada remaja perempuan dengan menuliskan: Dan pada saatnya nanti mungkin kau akan memiliki seorang anak yang bersemayam di rahim suci perempuanmu. Bila saat itu datang, apa pun alasanmu, kumohon jangan biarkan para penghuni Kerajaan Alam Semesta bersedih dan terluka lagi. Jangan sekalipun kau berpikir untuk menggugurkan kandungan atau malah melakukannya. Jangan menodai kesucian rahim perempuanmu. Jangan lakukan itu kumohon (halaman sampul belakang).


Terlepas untuk siapa pun buku ini ditujukan, ia telah menyumbangkan pemahaman tentang proses pembentukan manusia yang mudah dicerna oleh siapa saja. Tidak njelimet. Perwajahan yang unik dan menawan menambah nilai positif buku ini. Ilustrasinya pun cukup membantu pemahaman isi, meski masih kurang beberapa ilustrasi untuk beberapa proses detailnya.


Buku ini bukan sekadar dongeng. Dongeng yang satu ini jelas-jelas sangat lekat dengan alam nyata kita. Tepatnya adalah realitas yang didongengkan.


***

Data Buku

Judul: Rahim, Sebuah Dongeng Kehidupan

Penulis: Fahd Djibran

Penyunting: Nita Taufik

Kategori: Novel

Genre: Pendidikan Seks

Penerbit: Goodfaith Production

Cetakan: Pertama, Juni 2010

Tebal: ix + 316 halaman

ISBN: 978-602-96000-2-5

Rabu, 13 Oktober 2010

Rahim di WordNation 2010

Event, Admin



Wordnation 2010 Event’s Details

1. Talkshow & Workshop : “Just Write It Down!”

Sabtu 16 Oktober 2010, pukul 08.00 – 16.00 WIB
@Museum Bank Mandiri
Jl. Lapangan Stasiun No. 1 Jakarta Kota [google map]

1. Talkshow 1: Raise Ideas and Characters [with Clara Ng (Gerhana Kembar, Malaikat Jatuh), Farida Susanty (Dan Hujan pun Berhenti)]
2. Talkshow 2: Build Setting and Plot [with Winna Efendi (Ai, Refrain), Nabelle]
3. Workshop: Write It Down [with Fahd Djibran (Rahim)]
4. Talkshow 3: Publish Your Story [with Donny Dirgantara (5cm), Penerbit (Grasindo)]
5. Jia Effendi (Head Editor Penerbit Atria)
6. Windy Arietanty (Pemimpin Redaksi Gagas Media)


2. Pameran Rekonstruksi Sejarah Penulisan Indonesia : ”Senandung Revolusi Sastra Indonesia”

Sabtu-Minggu, 16-17 Oktober 2010, pukul 08.00 – 16.00 WIB
@Museum Bank Mandiri
Jl. Lapangan Stasiun No. 1 Jakarta Kota [google map]


3. Gathering dan Temu RPF (Role Play Forum) : ”Drowned in Fun, Delighted in Unity”

Minggu, 17 Oktober 2010
@Museum Bank Mandiri
Jl. Lapangan Stasiun No. 1 Jakarta Kota [google map]

4. Jelajah Malam Kota Tua [Bekerja sama dengan Komunitas Historia]

Minggu, 17 Oktober 2010
21.00-21.45 WIB
Meeting Point @ Museum Bank Mandiri
Jl. Lapangan Stasiun No. 1 Jakarta Kota [google map]

- Registrasi Ulang dan Pembagian Kit Acara
- Opening & Museum Mandiri Tour (Tema Perbankan Tempo Doeloe)
- Foto Bersama

21.45-23.00 WIB
Sightseeing Old Batavia di waktu malam menyusuri Museum Bank Indonesia (de Javasche Bank) –NIHB –Escompto Bank –Kali Besar –Chartered Bank –Toko Merah –Athena –Jembatan Kota Intan*–Gedung Cipta Niaga** –CafĂ© Batavia –Fatahillah Squre –Stasiun BeOs – Museum Mandiri. Closing.


—————————————————————————-
TICKETING:

1. Paket Lengkap (WS+TS, Jelajah Malam+Gathnas) : Rp. 230.000,-

2. Paket Lengkap Non Inap : Rp. 175.000,-

3. Workshop+Talkshow : Rp. 120.000,-

4. Jelajah Malam : Rp. 30.000,-

Included:
1. Handout/Tour Map
2. Pin / Souvenir
3. Legal Tour Guide
4. *Permit masuk ke Jembatan Kota Intan
5. **Permit masuk ke Gd. Cipta Niaga

5. Jelajah Malam+Gathnas

* Menginap : Rp. 100.000,-
* Tidak Menginap : Rp. 75.000,-

Notes: Pastikan kalian sudah terdaftar sebagai peserta Wordnation 2010 pada 5 Oktober’10 untuk dapat mengikuti kuis WordNation 2010 dengan hadiah novel rahim + ttd Fahd Jibran langsung!

Pembayaran boleh dua kali dengan DP 50% .

DP hangus jika terjadi pembatalan. DP paling lambat ditransfer pada tanggal 7 Oktober 2010 atau akan menggunakan harga setelah tanggl 7 Oktober 2010. Pelunasan DP dapat dilakukan di hari H pada saat registrasi peserta di tempat acara.

Pembayaran dapat dilakukan dengan mentransfer ke rekening:

BCA: 5270-752-367 a/n Linda

MANDIRI: 112-00-0656210-7 a/n Linda

Untuk konfirmasi setelah transfer dapat melayangkan email ke wordnation2010@yahoo.com (subject: registrasi) Dengan format email:

Nama:
Asal sekolah/kampus/forum:
No. Telp yang bisa dihubungi:
Alamat:
Email:
Transfer pembayaran dilakukan ke rek:
Transfer pembayaran dilakukan dari rek:
Tanggal dan jam transfer:
Paket yang diikuti dan jumlah uang yang transfer:


Atau registrasi juga dapat dilayangkan via sms:

SMS Registrasi ke no. 085780427230 (Nata)

Notes: Untuk peserta dari luar kota dapat menghubungi kami untuk masalah transport antar-jemput ke tempat acara selama di Jakarta.

Rabu, 22 September 2010

Lagu Malam (6)

: untuk anakku, saat berusia tujuh bulan di rahim istriku

anakku, segeralah datang dalam dekapan,
sejujurnya aku sudah tak sabar
membiarkan telunjukku digenggam jemari kecilmu
tenggelam dalam laut matamu yang lugu
merasakan getar tangan dalam tangan
getar mata dalam mata, senyuman

anakku, aku tak sabar menantikan tangis pertamamu
membentangkan cakrawala, menggetarkan keluasan dunia
lalu menerbitkan matahari di rumah kami berkali-kali
aku dan ibumu, berjanji memberimu nama
bagai doa yang tak putus-putus selamanya
dan kamu, berjanjilah tak akan mengkhianatinya

kalau malam datang, aku berjanji menutup buku-bukuku
mematikan komputer dan merapikan meja kerjaku
aku akan berusaha bertarung melawan insomniaku,
lalu meninggalkannya demi mengantarmu mengarungi
negeri dongeng, atau menemukan kancil nakal di kebun paman petani
akan kukenalkan kau pada Syahrazad, Nasrudin, sampai Muhammad
nama-nama yang dari mereka kudapati semesta hikmah dalam kisah

maka mari kita tidur bersama;
aku, ibumu, dan kamu yang kami dekap
dengan dzikir dan doa, cinta

anakku, kalau kau terbangun di malam sunyi
dan ingin pipis, lakukanlah sesuka yang kau mau
aku tak akan memarahimu, sugguh dengan bahagia
aku akan mencuci helai-helai popokmu
seperti doa yang membasuh benih-benih duka
dan sebab-sebab air mata dari hidupmu
: itulah tahajudku

suatu hari aku akan mengajarimu berwudhu
membersihkan kebencian dan kesombongan dari dirimu
membasuh tanganmu dengan tanganku
mengusap rambutmu membasuh kakimu
lalu akan kuajarkan kepadamu kata-kata, kalimat, bahasa
yang kumulai dengan nama Tuhan dan kuakhiri dengan salam perdamaian
itulah shalatmu, membentangkan helai-helai
sajadah waktu dalam hidupmu

anakku, segeralah datang dalam dekapan,
tumbuhlah menjadi dirimu sendiri
aku tak akan berusaha menjadi busur bagi dirimu
sebab kau bukan anak panah yang mesti kubidikkan ke mana-mana
kaulah lesat bagi gerakmu sendiri, tuan bagi dirimu sendiri,
maka lupakanlah Gibran yang bermimpi jadi Nabi

anakku, inilah sajakku untukmu
jika suatu hari saat kau sudah dewasa dan membacanya
lalu menganggapku berlebihan dalam mencintaimu
maafkan, aku sesungguhnya hanyalah seorang ayah
yang terlalu cemas dan khawatir menerka-nerka waktu
: akankah sampai, ciumku pada keningmu?



Fahd Djibran
, penulis novel Rahim: Sebuah Dongeng Kehidupan

PS: Rahim adalah sebuah novel yang dikemas dalam format dongeng, saya menuliskannya khusus untuk menyambut kelahiran anak saya Desember mendatang (mohon doanya dari teman-teman semua :D). Bacalah, lalu mari bersama-sama, kau dan aku, mengarungi samudera cinta dan semesta kasih sayang—orang tua pada anaknya. Dapatkan bukunya di Gramedia atau toko buku lainnya, bisa juga dipesan melalui: kurniaesa.order@gmail.com

Jumat, 17 September 2010

Ketika Laki-laki Mengisahkan Tentang Rahim

Resensi Nunung Nurnaningsih

Rahim: Sebuah Dongeng Kehidupan. Sebuah novel yang mampu membuatku terpaku membacanya hingga beberapa lama. Mungkin terdengar klise atau terlalu berlebihan. Tapi ya... katakanlah setiap karya akan memiliki nilai "lebih" ketika nilai-nilai yang coba disampaikan penulis melalui karyanya itu dapat diterima oleh pembacanya. Atau ketika sang pembaca merasa memiliki ikatan dengan karya tersebut mungkin karena karya tersebut laksana cermin bagi kehidupannya.

Dari sekian banyak karya yang kubaca, Rahim karya Fahd Djibran mampu mengaduk-aduk emosiku bahkan sejak melihat sampulnya saja. Meskipun sejak sebelum memutuskan untuk membeli dan membaca novel ini pun aku sudah berasumsi bahwa aku akan mudah takluk dengan kisah-kisah seputar kelahiran, kehamilan, kehidupan baru, rahim, bayi, aborsi, dan sebagainya. Dan asumsiku pun benar (semoga aku tak pernah salah menafsirkan apa yang kurasakan).

Mungkin kalian bertanya, apa istimewanya novel Rahim ini? Beberapa tahun silam aku pernah membaca karya serupa dengan Rahim, kalau tidak salah berjudul Fetussaga karya Jamal. Mengapa aku bilang serupa, hal ini karena kedua novel ini sama-sama berkisah tentang kehidupan di dalam rahim Ibu. Lantas apa istimewanya novel Rahim? Ada beberapa hal yang mungkin menurut saya Rahim karya Fahd Djibran ini memiliki "rasa" yang berbeda.

Yang pertama karena Fahd meramu semua informasi yang ia ketahui tentang kehamilan dan dunia rahim menjadi sebuah novel dengan gaya penceritaan yang "berbeda". Ia menjejali pembaca dengan berbagai informasi "medis", nilai-nilai moral, pesan cinta, dll dengan cara mendongeng dan mengajak pembaca berdialog. Hal ini secara tidak sadar mampu mengikat emosi pembaca untuk terus larut dalam dongeng yang ia sampaikan.

Kedua, berkaitan dengan poin sebelumnya, banyaknya informasi yang diberikan dalam novel ini serta dilengkapi dengan ilustrasi-ilustrasi yang ada di dalamnya membuat pembaca secara mudah memvisualisasikan imajinasi mereka. Bagiku, kekuatan Fahd dalam novel ini adalah ia mampu mendeskripsikan secara detail apa saja yang mungkin terjadi di dalam rahim.

Yang selanjutnya ini mungkin terdengar begitu subjektif. Seperti yang sempat kusampaikan di awal catatan ini, sebuah karya akan mempunyai nilai lebih ketika sang pembaca merasa memiliki ikatan terhadap karya tersebut. Aku menangis, sejak awal membaca novel ini. Untuk kali ini, aku tak dapat menafsirkan arti tangisan itu. Kisah di awal novel yang menggambarkan beragamnya reaksi laki-laki tentang sebuah kehamilan. Ada yang berbinar bahagia, ada pula yang dingin menolak. Atau kisah lain tentang banyaknya pasangan yang melakukan aborsi karena tidak siap menjadi orang tua atau kisah pasangan yang puluhan tahun tak mendapat keturunan. Dari situ saja perasaan saya sudah diaduk-aduk.

Semakin banyak lembar-lembar yang kubaca. Yang kurasakan adalah ngilu, entah bagian mana dari tubuhku yang begitu sakit serasa tercabik-cabik.

Novel ini, semakin membuatku percaya bahwa setiap anak yang dititipkan pada rahim kita, entah apakah ia buah dari ritual suci yang diiringi doa ataupun buah dari apa yang dianggap sebuah kesalahan, adalah sebuah anugerah yang layak untuk diperjuangkan dan dipertahankan.

Aku kagum pada Fahd, seorang laki-laki, suami, dan calon ayah, yang berusaha memaknai setiap detik hadirnya calon buah hatinya di rahim istrinya dan menuangkannya pada sebuah karya yang indah. Andai semua laki-laki mampu menyadari betapa berartinya menjadi seorang ayah dan orang tua. Andai semua laki-laki menghargai setiap kehidupan yang hadir di rahim perempuannya. Andai semua orang, laki-laki dan perempuan, tidak berbuat bodoh dengan menghilangkan kesempatan sebuah kehidupan untuk terlahir di dunia. Andai semua orang, laki-laki dan perempuan, menyadari bahwa apapun kesalahan mereka, seorang anak yang baru terlahir adalah manusia suci tanpa dosa. Andai saja... mereka membaca novel ini, jauh sebelum mereka memutuskan untuk mengaborsi janin, membunuh anak-anak mereka yang baru terlahir, meninggalkan perempuannya yang tengah hamil dalam kekalutannya seorang diri, menyia-nyiakan kehidupan yang dititipkan Tuhan pada mereka... Andai saja....

Andai semua itu terjadi, maka tidak akan ada kisah-kisah menyakitkan lagi tentang anak-anak yang ditolak, anak-anak yang dibunuh, janin-janin yang berguguran. Tidak akan ada lagi keputus asaan...

Ketika laki-laki mengisahkan tentang rahim, maka seharusnya kisah itu tak hanya habis dalam lembar-lembar yang mungkin akan usang seiring dengan waktu. Tapi kisah ini harus terus dikabarkan dari satu orang ke orang lain, dari perempuan satu ke perempuan lain, laki-laki satu ke laki-laki lain, anak satu ke anak lain. Dan ketika kisah ini terus terus terkabarkan, Rahim bukan lagi menjadi sebuah dongeng tentang kehidupan. Tapi akan berubah menjadi sebuah kesadaran massal atas pentingnya sebuah kehidupan bahkan sejak berada di dalam rahim.

--
*Sumber tulisan diambil dari sini.

Senin, 16 Agustus 2010

Novel Baru Fahd Djibran

Oleh Fahd Djibran



Menatap Punggung Muhammad
a Novel by Fahd Djibran


“Di balik tragedi dan keluh kesah hidup yang tak pernah berkesudahan, impian, cita-cita dan dambaan manusia tentang kebaikan, keindahan, cinta dan kedamaian selalu memberikan energi positif-optimis manusia dalam menelusuri lorong-lorong sejarah. Kehadiran sosok agung seperti para Nabi dan orang-orang yang tercerahkan senantiasa memancarkan pelita di saat kita berada dalam keremangan dan kegelapan. Novel ini mengajak kita merenung, menyibak tirai pikiran dan emosi negatif yang menutupi sumber cahaya ilahi, baik yang ada dalam diri maupun di alam semesta.”

Prof. Dr. Komarudin Hidayat
Guru Besar Filsafat Agama, UIN Jakarta

====================

Novel ini akan terbit dan segera beredar di toko buku mulai 17 Ramadhan 1431 H / 28 Agustus 2010. Distribusi akan dilakukan secara bertahap, dimulai dari toko-toko buku di Jabodetabek. Dilanjutkan pemerataan distribusi ke daerah lainnya pada minggu-minggu berikutnya. Bagi Anda yang ingin segera mendapatkan buku ini bisa memesannya secara langsung ke KurniaEsa melalui e-mail kurniaesa.script@gmail.com. Anda akan menerima buku tersebut sebelum bukunya beredar di toko buku. :)