Sabtu, 31 Juli 2010

MINI-GATHERING RAHIM SEMESTA

Posted by Admin

Teman-teman,

Sabtu, 7 Agustus 2010, saya dan beberapa orang teman seide akan mengadakan mini-gathering pertama untuk KEPEDULIAN RAHIM SEMESTA. Acara tersebut akan dihadiri para wartawan, selebritis, aktivis perbukuan, penulis, blogger, aktivis perempuan, perwakilan LSM, dll. Hanya acara kecil. Sederhana saja. Kita akan berkumpul dan mendiskusikan sesuatu—tapi santai kok. Saya hanya mengundang teman dalam jumlah terbatas, hanya akan ada 20 orang yang hadir dalam acara tersebut. Nah, saat ini saya sedang mencari 8 (delapan) orang pembaca RAHIM untuk turut hadir dalam acara tersebut—turut menjadi bagian utama dalam KEPEDULIAN RAHIM SEMESTA tahap pertama.

Kalian berkesempatan hadir dalam mini-gathering tersebut setelah mendapatkan undangan resmi dari KEA dan GoodFaith Production. Kalian bisa menjadi bagian dari kami yang akan memulai sebuah gelombang kepedulian; KEPEDULIAN RAHIM SEMESTA.

Bagaimana caranya?

Kriteria:

  1. Berusia minimal 17 tahun dan maksimal 30 tahun.
  2. Kirimkan CV lengkap kamu ke e-mail rahimsemesta@gmail.com
  3. Buatlah tulisan tentang mengapa kamu tertarik mengikuti Kepedulian Rahim Semesta. Maksimal 1 halaman saja, jangan terlalu panjang. Tulisan ini berisi minat dan kepedulian kamu, serta apa yang akan kamu lakukan.
  4. Kalau kamu sudah pernah membaca RAHIM, ceritakan kesan/komentar kamu tentang buku tersebut dan apa yang akan kamu lakukan (bentuk review/resensi akan menjadi nilai tambah).
  5. Ceritakan komunitas yang kamu ikuti (bisa teman nongkrong atau teman kuliah) dan apa yang mungkin kamu lakukan untuk mengajak/mempengaruhi teman-temanmu menyebarkan pesan kebaikan Kepedulian Rahim Semesta. Kalau kamu punya blog, ceritakan juga apa yang akan kamu lakukan di blog.

Dateline:
Saya tunggu sampai tanggal 4 Agustus 2010 pukul 21.00 WIB. Tanggal 5 Agustus 2010 sudah kami umumkan siapa yang akan kami undang ke acara tersebut. :)

Keterangan tambahan:
Acara ini akan diselenggarakan di sebuah café di Jakarta. Jadi kami akan mengutamakan calon udangan yang berasal dari daerah Jabodetabek.

Fasilitas:
Acara ini gratis. Kami menyediakan makan dan konsumsi gratis untuk para undangan dan beberapa souvenir dan buku menarik dari KEA dan GoodFaith Production—juga kesempatan untuk bertemu teman-teman lain yang memiliki kepedulian yang sama denganmu. Kami tidak menyediakan transportasi (dateng sendiri, nggak dijemput). Jadi, kalau ada peserta di luar Jabodetabek yang berkeinginan untuk ikutan, biaya transportasi silakan ditanggung sendiri. :)

Kontak:
Nita Taufik (kurniaesa.script@gmail.com atau rahimsemesta@gmail.com)


Salam,
Fahd Djibran

Powered by: KEA Script Agency and Author Management & GOODFAITH Production
Media Partner: women.kapanlagi.com

Senin, 26 Juli 2010

Cianjur, Nantikan Workshop dan Soft Launching 'Rahim'

Berita Kapanlagi.com

KapanLagi.com - Jadi mengapa kisah ini penting untuk kuceritakan padamu? Agar kau lebih menghargai hidup. Menghargai setiap tarikan nafas menghargai apa pun yang dianugerahkan Raja semesta pada mu kau bayi yang beruntung memiliki orang tua yang baik dan mengasihimu kau beruntung memiliki hidup.

Dan pada saatnya nanti, mungkin kau akan memiliki seorang anak yang bersemayam di rahim suci perempuanmu. Bila saat itu datang apapun alasanmu kumohon jangan biarkan para penghuni kerajaan alam rahim bersedih dan terluka lagi. Jangan sekalipun kau berfikir untuk menggugurkan kandungannya atau malah melakukannya jangan menodai kesucian rahim perempuanmu jangan lakukan itu kumohon. Asal kau tahu Rahim adalah nama lain dari Raja semesta.

Membaca secuplik paragraf di atas tentunya membuat Anda penasaran dan mengernyitkan dahi, siapakah gerangan penulis paragraf yang menyentuh itu? Adalah Fahd Djibran, dilahirkan di Cianjur, Jawa Barat, 1986 silam. Memiliki ketertarikan pada dunia tulis menulis sejak kecil dan menelurkan beberapa judul buku di antaranya KUCING, BEING A SUPERSTAR,REVOLUSI SEKOLAH, INSOMNIA-AMNESIA: CATATAN MAHASISWA INSOMNIA BAGI BANGSA YANG AMNESIA, dan masih banyak lagi.

Kali ini ia menghadirkan inspirasi bagi para wanita Indonesia, di mana sebuah buku yang dekat sekali dengan dunia wanita ditelurkannya. RAHIM: SEBUAH DONGENG KEHIDUPAN, demikian judulnya tertulis. Merupakan sebuah kepedulian dan rasa kekagumannya terhadap proses kehamilan yang luar biasa, di mana diibaratkan rahim wanita layaknya sebuah dunia. Dikemas dalam bentuk dongeng yang ringan untuk dibaca.

Dikatakan oleh Fahd, sang penulis, pembaca RAHIM menemukan sebuah pengalaman baru tatkala membaca bukunya, "Ada yang mengaku tersiksa semaleman karena harus repot nyari tissu tengah malem gara-gara nangis terus baca RAHIM. Ada pembaca pertama perempuan yang perokok, setelah baca RAHIM, dia memutuskan untuk berhenti merokok karena takut merusak Alam Rahim di rahimnya. Ada pembaca yang bertahun-tahun tidak pulang menemui orang tuanya, langsung memutuskan untuk pulang menemui orang tuanya. Ada pembaca yang nggak mau menikah karena berbagai alasan, tiba-tiba mengutarakan keinginannya untuk menikah. Ada yang sudah lama marahan sama ayahnya, ingin mengakhiri hubungan buruk mereka dan saling memaafkan," ungkap Fahd, kepada Woman.

Kedengarannya menarik bukan? Bagi Anda yang tergelitik penasaran, Fahd Djibran akan mengadakan workshop menulis kreatif dan soft launching RAHIM di kota-kota Indonesia. Ikuti workshop dan soft launching bersama Fahd Djibran, Sabtu 31 Juli 2010 pukul 08.00 hingga selesai di Gedung Dewan Kesenian Cianjur.

Informasi lebih lanjut, hubungi Yusuf Gigan di nomor (087) 820656384 atau giganyusuf@yahoo.co.id (wo/bee)

Sumber: http://woman.kapanlagi.com/hot-event/5163-cianjur-nantikan-workshop-dan-soft-launching-rahim.html

Rahim Menginspirasi Wanita Indonesia

interview with woman.kapanlagi.com

KapanLagi.com - Fahd Pahdepie, sosok pria kelahiran Cianjur, 22 Agustus 1986 yang ramah ini, bagi sebagian orang tentu sudah tidak asing, apalagi bila Anda adalah sosok yang gemar membaca buku. Ya, benar, pria yang lebih populer dengan nama Fahd Djibran ini sempat menelurkan beberapa novel, di antaranya KUCING, BEING A SUPERSTAR,REVOLUSI SEKOLAH, INSOMNIA-AMNESIA: CATATAN MAHASISWA INSOMNIA BAGI BANGSA YANG AMNESIA, dan masih banyak lagi. Baru-baru ini, Fahd menelurkan sebuah buku dongeng berjudul RAHIM: SEBUAH DONGENG KEHIDUPAN, dan tak mau ketinggalan, Woman sempat mencuri waktu Fahd untuk menceritakan sebagian kecil inspirasi dari buku yang wajib dibaca ini. Yuk, ikuti cerita Fahd di balik buku RAHIM.

Fahd dan inspirasi tulisan

Woman: "Sejak kapan sih kamu suka menulis?"
Fahd: "Suka menulis sebenarnya sejak kecil, puisi pertamaku dimuat di PeeR Kecil (suplemen anak koran Pikiran Rakyat di Bandung) waktu aku masih kelas 3 SD. Sejak itu jadi suka menulis, sesekali ikut lomba-lomba. Sering kalah, beberapa kali menang. (tertawa). Tapi mulai serius menulis mungkin sejak SMA; sejak punya hobi menulis surat (cinta). Dulu sms dan internet belum merajalela, surat menjadi medium paling asyik untuk mengekspresikan perasaan dan gagasan."

Woman: "Ada nggak yang pernah protes tentang hobby menulis kamu?"
Fahd: "Rasanya nggak ada. Orang tua dan orang-orang terdekatku mendukung. Cuma, waktu SMA karena sering nulis hal-hal yang berbau kritik pada sekolah, aku pernah dipanggil kepala sekolah, diprotes dan diancam agar tak menulis lagi. Tapi orang yang suka baca tulisanku lebih banyak daripada kepala sekolah (kepala sekolah cuma 1). Cerita lengkap tentang ini aku tulis jadi buku, judulnya Revolusi Sekolah dan diterbitkan penerbit DAR!Mizan. Buku itu ditulis waktu masih kelas 3 SMA."

Woman: "Di usia kamu yang masih muda, kamu cukup produktif menghasilkan tulisan. Memangnya, dari mana sih inspirasi tulisan kamu?"
Fahd: "Dari mana saja. Hasil ngobrol atau diskusi dengan orang, cerita orang, menonton film, jalan-jalan, pergi ke mal, ke gunung, ke pasar, ke mesjid, ke mana saja, tapi terutama dari membaca buku-buku."

Woman: "Lantas, apa yang bikin kamu semangat menulis?"
Fahd: "Aku sering bilang gini, menulis adalah 'kesadaran sejarah'. Tulisan membuat pikiran dan perasaan jadi abadi, melintasi ruang dan waktu. Mungkin Einstein atau Newton sudah meninggal puluhan tahun lalu, tetapi kita masih bisa menengok gagasan dan pikirannya hingga saat ini. Pablo Neruda atau Chairil Anwar mungkin sudah tiada, tapi kita bisa mengetahui perasaan mereka tentang sesuatu dari apa yang mereka tuliskan. Scripta manent verba volant, kata pepatah Latin, apa yang terucap akan pergi bersama angin sedangkan apa yang tertulis akan abadi. Waktu sekolah aku suka ke perpustakaan dan membaca buku-buku. Aku membaca buku apa saja. Aku jadi tahu apa yang dipikirkan Soekarno muda saat ia berusia 30 tahun, aku tahu apa yang dipikirkan Natsir muda, lewat buku-buku mereka. Tapi sialnya, aku tak tahu apa yang dipikirkan kakekku ketika ia masih muda. Kita hanya bertemu sebentar dan beliau keburu meninggal. Apa masalahnya? Usut punya usut, ternyata masalahnya satu: Soekarno dan Natsir menulis, sementara kakekku tidak. Kakek tak sempat meninggalkan selembar pun tulisan buat penerusnya. Akhirnya, aku lebih mengenal siapa Soekarno, siapa Natsir, siapa Hatta, siapa Marx, siapa Borges, daripada kakekku sendiri. Lalu, apa yang bikin aku semangat menulis? Kelak, kalau sudah tua dan meninggal, aku nggak mau cucuku lebih mengenal orang lain daripada kakeknya sendiri. Cucuku, paling tidak, harus tahu apa yang dipikirkan kakeknya ketika dia masih muda. Itulah kesadaran sejarah."


Rahim, sebuah inspirasi dari 'makhluk Mars' Woman: "Dari mana sih bisa menulis RAHIM ini?"
Fahd: Sebenarnya sudah sejak lama aku pengin nulis novel, tapi belum kesampaian. Riset-riset dan berbagai bahan sudah dikumpulkan sejak lama, tapi bingung mau menulis apa untuk novel. Lagi pula aku pengin novel yang berbeda, novel yang nggak biasa dan jarang ditulis penulis lainnya di Indonesia—tema maupun gayanya. Kenapa akhirnya RAHIM? Empat bulan setelah pernikahanku, istriku dinyatakan positif hamil. Aku senang bukan main. Lalu aku membayangkan ingin berkomunikasi dengan janin anakku di dalam rahim istriku dengan apa yang aku pikirkan sekarang. Tapi kan nggak bisa. Makanya aku menuliskannya, dongeng untuk anakku sendiri yang kelak bisa ia baca kalau sudah besar. Nak, seolah-olah aku ingin bilang begitu, inilah yang dipikirkan ayahmu tentang apa yang terjadi di alam rahim saat kau dinyatakan ada di rahim ibumu. Awalnya begitu. Tapi rupanya idenya berkembang, akhirnya aku tuliskan menjadi sebuah novel yang bisa dibaca siapa saja. Anak-anak maupun orang dewasa. Aku lebih senang menyebutnya dongeng ketimbang novel. Tujuan yang lain: istriku nggak suka baca, ia hanya mau baca tulisanku, entah kenapa (tertawa). Nah, aku pikir istriku harus tahu tahap-tahap apa saja yang terjadi di setiap fase pertumbuhan janin di rahimnya (secara ilmiah-kedokteran)… agar dia mau baca itu, aku buatkan dongeng ini untuknya..."

Woman: "Kamu adalah seorang pria, tetapi mengapa justru memilih topik soal RAHIM yang notabene dunia wanita, bukan dunia pria?"
Fahd: "Aku nggak setuju ya kalo rahim itu hanya soal dunia wanita, rahim adalah dunia siapa saja. Perempuan atau laki-laki. Oh ya, aku lebih suka dengan kata 'perempuan' ketimbang kata 'wanita'. Jadi aku akan sebut 'perempuan'. Setiap orang pernah ada di sana selama kurang lebih 9 bulan sebelum terlahir di dunia. Jadi, itulah yang ingin aku ceritakan, ingatkan, dan maknai. Ada yang kita lupakan dari semua itu. Sesuatu yang penting, tonggak pertama perjalanan hidup kita. Bagiku, 'rahim' bukan sekadar 'organ' di tubuh perempuan—lebih dari itu, rahim adalah rumah suci pertama tempat Tuhan menitipkan kasih sayangnya berupa hidup pada kita semua."

Woman: "Selama penyelesaian buku RAHIM ini adakah kejadian lucu dan unik yang terjadi?"
Fahd: "Kejadian lucu mungkin nggak ada ya, mungkin lupa, tapi kejadian unik ada. Setelah naskah RAHIM jadi draft pertama, ceritanya aku bagikan pada beberapa pembaca pertama (dibantu sama manajemenku juga, KEA). Nah, respon para pembaca pertama ini unik-unik. Ada yang mengaku tersiksa semaleman karena harus repot nyari tissu tengah malem gara-gara nangis terus baca RAHIM. Ada pembaca pertama perempuan yang perokok, setelah baca RAHIM, dia memutuskan untuk berhenti merokok karena takut merusak Alam Rahim di rahimnya. Ada pembaca yang bertahun-tahun tidak pulang menemui orang tuanya, langsung memutuskan untuk pulang menemui orang tuanya. Ada pembaca yang nggak mau menikah karena berbagai alasan, tiba-tiba mengutarakan keinginannya untuk menikah. Ada yang sudah lama marahan sama ayahnya, ingin mengakhiri hubungan buruk mereka dan saling memaafkan.

Woman: "Apa pendapat bang Fahd tentang para Ibu yang tidak memperlakukan buah hatinya dengan baik, sejak dalam kandungan hingga lahir?"
Fahd: "Nah, ini yang membuatku miris. Para ibu seperti ini harus diberi pengertian. Mungkin mereka nggak tahu bahwa 'perlakuan', 'sikap', 'perkataan';, dan segala hal yang ia lakukan semasa hamil sangat mempengaruhi perkembangan bayinya. Ini juga jadi salah satu alasanku menulis RAHIM, harus lebih banyak orang yang diberitahu bahwa kehamilan bukan sekadar konsekuensi reproduktif dari sebuah relasi seksual, tetapi 'seluruh kehidupan' yang dititipkan Tuhan di rahim suci seorang perempuan. Kehidupan itu adalah kasih sayang tuhan. Ya, kasih sayang, dalam bahasa Arab itu disebut rahim. Itulah mengapa nama lain Tuhan juga Ar-Rahim, Sang Maha Penyayang. Di sini, aku berkesimpulan, mereka yang menyia-nyiakan kehamilan adalah mereka yang menyia-nyiakan hidup, menyia-nyiakan Tuhan. Tapi itu hanya pendapat, boleh setuju boleh juga enggak."

Woman: "Pesan apa sih yang sebenarnya ingin kamu sampaikan lewat buku RAHIM ini?"
Fahd: "Itu tadi, aku sudah sebutkan di atas. Rahim adalah nama lain dari Hidup, dari Tuhan. Kita harus benar-benar menjaga kesakralannya. Caranya, jangan main-main dengan rahim suci perempuanmu! Sekarang banyak anak muda melakukan seks bebas dan dengan mudah melakukan aborsi, aku ingin katakan di buku ini: jangan lakukan itu. Sekarang 115 ribu bayi terbunuh setiap hari, artinya ada 42 juta bayi korban aborsi setiap tahun. Andai kita bisa lebih menghargai hidup, memahami kesucian rahim, itu semua tak akan terjadi. Kita akan bisa menjaga sikap dan perilaku. Ada sebagian orang menganggap cita-citaku ini naif. Aku bilang, biar saja. Aku tetap menganggap pesan ini penting untuk di sampaikan. Sebenarnya ada satu lagi. Aku curiga saja, jangan-jangan relasi buruk orang-tua anak atau sebaliknya, adalah muasal dari banyak petaka yang ada; kebobrokan moral, eskaliasi kekerasan, eskalasi kejahatan, dan seterusnya. Seperti dikatakan Rasulullah dalam sebuah hadits. Aku membayangkan sebuah situasi di mana setiap anggota keluarga memiliki hubungan yang baik satu sama lain (ayah dengan ibu, orang tua dengan anak, kakak dengan adik, dan seterusnya), aku yakin keburukan akan bisa kita tolak, setidaknya kita minimalisir."


Bagian menarik dari RAHIM Woman: "Dari mana inspirasi tokoh-tokoh seperti Tuan Kucing yang Bisa Berbicara, Ikan Mas yang Bekerja Sebagai Koki, Amadeus, Aynu Si Gadis Buta Penunjuk Jalan, Profesor Waktu, Nenek Olav, dan Mahavatara. Mengapa harus mereka? Adakah cerita di balik pemilihan tokoh tersebut?"
Fahd: "Wah, dari mana ya? Yang jelas, karena ini dongeng aku merasa perlu menghadirkan tokoh yang unik dan imajinatif. Ada beberapa pengaruh dari cerita-cerita dongeng yang aku baca juga. Tetapi setiap karakter aku buat seimajinatif mungkin dan sebenarnya memiliki makna tersendiri. Misalnya Aynu si Gadis Buta. Aynu dalam bahasa arab artinya mata. Aku sebenarnya ingin menunjuk pada situasi mata yang buta. Punya mata tetapi tak bisa melihat. Kita semua sering seperti itu. Mata kita nggak berfungsi dengan baik saat harus melihat kebenaran. Misalnya, mengapa kita menilai seseorang hanya sebatas dari yang kita lihat di permukaannya; pakaiannya, penampilannya, dan lainnya. Yang nggak jarang membuat kita tertipu. Kita seperti orang buta. Nah, setiap tokoh punya maknanya sendiri. Coba cari tahu artinya dalam bahasa lain atau asosiasikan dengan tokoh lain, karakter binatang, dan seterusnya. Pasti ketemu. Aku sengaja membuatnya begitu. Kalau aku tafsirkan di sini jadi nggak seru lagi. Silakan temukan maknanya sendiri."

Woman: "Apa yang ingin kamu sampaikan khususnya pada ibu kamu saat ini?"
Fahd: "Ibuku, tentang sikapku, tentang salahku, tentang sifatku, dan segala hal dalam hidupku yang bersinggungan denganmu, terima kasih dan maaf. Kaulah kecintaanku, perempuan yang akan kusayangi sampai aku mati." Sebagaimana yang aku tulis di RAHIM.

Woman: "Bagian mana dari buku RAHIM yang paling kamu suka?"
Fahd: "Aku menangis saat menuliskan bab Ibu dan Ayah. Ketika menuliskannya, aku sangat emosional. Konon, para pembaca juga menangis saat membaca dua bab ini. Aku hanya ingin bilang, aku pun menangis saat menuliskannya. Aku percaya sebuah teori; apa yang datang dari hati akan sampai ke hati. Tapi, kalau ditanya bab mana yang paling aku sukai? Aku suka bab yang menceritakan pertemuan si bayi dengan Mahavatara, bab berjudul Persiapan. Kenapa? Temukan sendiri jawabannya. Bacalah RAHIM. Temukan maknanya." (wo/bee)

sumber:
http://woman.kapanlagi.com/inspiring/people-we-love/5157-rahim-bang-fahd-menginspirasi-wanita-indonesia.html

Minggu, 18 Juli 2010

Apakah Rahim Sudah Tersedia di Kotamu

Menurut pihak penerbit dan distributor, ini dia laporan keberadaan Rahim:

  1. Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi – Sudah tersedia di semua toko buku.
  2. Bandung – Sudah tersedia di semua toko buku.
  3. Yogyakarta – Sudah tersedia di Gramedia Malioboro Mall dan Gramedia Sudirman.
  4. Surabaya – Sudah tersedia di Kertoarjo, yang lain menyusul. :)
  5. Surakarta – Sudah tersedia, masul 16 Juli 2010.
  6. Semarang – Sudah tersedia di Pandanaran dan Java Supermall, masuk 16 Juli 2010.
  7. Bandar Lampung – Sudah tersedia, masuk 17 Juli 2010.
  8. Malang – Sudah masuk toko 17 Juli 2010, besok (18 Juli 2010) sudah terdisplay.

Untuk daerah lain segera di-update lagi. Mohon kabarnya juga dari kalian semua ya. Kalo belum tersedia di kotamu, beritahu kami ya. :)

Bagi kalian yang nama kotanya belum tersebut dan ingin segera mendapatkan Rahim, bisa segera beli online di inibuku.com atau kirim e-mail pesanan ke kurniaesa.script@gmail.com

Salam,
KEA

Menikmati Tour Alam Rahim

Review by Ratu Fenny

Membuka halaman demi halaman dari buku Rahim yang ditulis dengan begitu memukau oleh penulis muda Fahd Djibran, seperti membawaku dalam perjalanan waktu, mengingat setiap saat-saat pertama kali dinyatakan positif hamil sampai melahirkan, mengingat masa-masa kecil ku, bagaimana kedua orang tua ku membuat aku menjadi seperti sekarang, dan seperti disadarkan seperti apa dulu kehidupanku di alam rahim mamaku.

Sungguh Fahd adalah pendongeng yang handal, mampu menyajikan kata demi kata yang mengantarkan kita pada suatu pemahaman hakiki untuk apa kita sebagai manusia dilahirkan, bahwa setiap manusia dari sejak alam rahim telah dibekali dengan ilmu-ilmu kebajikan dengan tujuan jika nanti terlahir ke alam dunia manusia dapat lebih banyak menyebarkan kebaikan. Betapa maha besar Raja Semesta menciptakan kita manusia dengan tugas yang begitu mulia.

Setiap bagian dari buku Rahim ini, Fahd selalu menyisipkan kata-kata bijak, sederhana tetapi begitu menghentak kesadaran ku sebagai manusia. Seperti "Matikan Matamu Nyalakan Hatimu" , karena seringkali sebagai manusia kita dibutakan dengan hal-hal yang tampak berkilau atau menyenangkan di mata, walaupun sebenarnya kita tidak pernah tau apa yang tersirat lebih dalam dari hanya yang tampak oleh mata. Dan masih banyak lagi pesan-pesan sederhana namun kaya makna yang disajikan oleh Fahd di buku ini.

Empat bagian favorite-ku dari buku Rahim ini adalah bagian Ibu, Persiapan, Aborsi dan Ayah. Saat membaca bagian Ibu, karena aku sendiri adalah seorang Ibu, bisa merasakan bagaimana mama ku berkorban dan merelakan setengah nyawanya untuk melahirkan diri ku ke alam dunia, aku pun kembali teringat jam demi jam yang kulalui saat aku berjuang melahirkan anak ku, perjuangan yang sampai detik ini pun masih mengagumkan diri ku sebagai wanita dan membuatku bangga terlahir sebagai wanita.

Sementara itu pada bagian Persiapan, dengan membaca bagian ini aku baru menyadari kenapa bayi pada saat akan dilahirkan kepala nya berada di bawah karena pada posisi itulah bayi melakukan penghormatan kepada Raja Semesta, keimanan dari bayi yang didasarkan dari keimanan Ibu yang mengandungnya. Kesyahduan penghormatan yang benar-benar pasrah, dan terus terang hal ini juga aku alami dalam proses kehamilan ku yang pada saat usia 8 bulan bayiku masih sungsang, lalu kupasrahkan kehendak ku pada Raja Semesta dengan banyak bersujud dan melafalzkan kebesaran nama-Nya, bersyukur menjelang proses kelahiran bayiku berputar posisi dengan kepala dibawah.

Lalu pada bagian Aborsi, aku seperti dilihatkan bagaimana dan kenapa proses aborsi dilakukan, benar-benar menyedihkan membaca nasib bayi-bayi mungil tak berdosa itu. Aku menangis sejadi-jadinya saat membaca surat dari bayi yang telah di aborsi, semoga praktek aborsi jangan pernah ada lagi di muka bumi ini karena itu sungguh mengerikan dan merupakan pembunuhan.

Pada bagian Ayah, di sana diperlihatkan bagaimana karakter seorang laki-laki aslinya, bahwa saat mereka sebagai Ayah, meskipun mereka khawatir, mereka sedih, mereka tidak berdaya, tapi sebagai kepala rumah tangga, sebagai suami dan sebagai Ayah mereka harus terlihat tegar, terlihat kuat serta sebagai panutan yang bisa mendidik dan melindungi keluarganya.

Last but not least, buku ini wajib dibaca siapa saja yang merasa dirinya manusia, karena buku ini tentang hidup semua manusia di alam rahim. Seperti yang diungkapkan Fahd di bagian akhir bukunya bahwa, "kelahiran hanyalah nama bagi peralihanmu dari Alam Rahim ke Alam Dunia. Kau tidak dilahirkan dalam pengertian yang sebenarnya, kau hanya mengalami peralihan, dari rahim Ibumu menuju rahim yang lebih besar lagi, yaitu Rahim Semesta".

Selamat mengikuti & menikmati Tour Alam Rahim!

Fe

R A H I M

Review by Harun Harahap (GoodReads)

”Suara, nyanyian, musik, gunung, pantai, langit, padang pasir, laut yang membuat mereka indah sesungguhnya hal yang tidak kelihatan. Matahari juga tak bisa ditatap langsung oleh mata, tetapi yang membuatnya indah bukan hal yang bisa ditatap langsung oleh mata kan? Selalu ada sesuatu. Sesuatu yang misterius tetapi sangat bermakna. Itulah yang harus kau temukan… Keindahan bukanlah yang kau dengar atau lihat. Keindahan adalah yang kau rasakan. Jauh sampai ke dalam hati.” (Hal.143)

Sebuah kutipan menarik dari novel “Rahim” karya Fahd Djibran. Saat pertama kali melihat novel ini, saya langsung memberikan minimal 2 bintang untuk novel ini. Tampilan depan yang sangat menarik, panduan antara gambar yang bagus dan siluet perempuan hamil yang bila dibuka terdapat gambar tahapan pertumbuhan seorang bayi. Di dalam novel ini juga terdapat gambar-gambar yang mendukung visualisasi cerita. Tulisan yang sedikit lebih besar dari biasanya dan kutipan yang disajikan dalam halam sendiri membuat ini makin menarik minat untuk menikmati tiap lembarnya.

Novel ini khas Fahd Djibran. Selalu mengajak kita merenung dan memikirkan kembali sesuatu dengan sudut pandang yang berbeda. Novel ini mempunyai tokoh utama bernama Dakka, Pengabar Berita dari Alam Rahim. Dia menceritakan kejadian dari tiap tahap pertumbuhan, dari segumpal darah hingga ia pergi meninggalkan Alam Rahim menuju ke Alam Dunia. Menurut saya, Fahd sukses meramu antara pengetahuan ilmiah dengan filsafat kehidupan. Novel ini membuat pikiran kita berbeda dalam memaknai tiap kejadian.

Hal yang menarik dalam buku ini kita bisa merasakan bagaimana perasaan seorang Ibu sangat mengandung anaknya. Fahd membuat tulisan yang sangat bagus mengenai Ibu pada halaman 187:

”Kau tahu, bila kau diberi kesempatan untuk mengikuti seluruh gerak-gerik Ibumu ketika mengandungmu, melihat seluruh sketsa hidup yang ia jalani bersamamu di perutnya, kuyakinkan kepadamu bahwa ia melakukan segala hal yang terbaik yang bisa ia lakukan untuk menjagamu, merawatmu, memberikan segala yang terbaik untukmu.”

Fahd mengingatkan saya sendiri untuk selalu menghargai dan menghormati Ibu. Ibu saya mengandung saya lebih lama dari Ibu lainnya. Dia mengandung saya kurang lebih selama sepuluh bulan dengan berat lahir 4.6 kilogram. Fahd mengingatkan saya betapa sulit ibu saya menjalani aktivitas dengan keberadaan saya dalam perutnya. Semalam saya bertanya khusus kepadanya, ”Ribet ya ma? Berat bawa aku kemana-mana?”. Lalu ia menjawab, ”Berat sih iya, tapi santai aja tuh.” Jawaban sederhana tetapi penuh makna di belakangnya. Bahkan saya tak perlu melanjutkan bagaimana proses persalinan yang dialaminya untuk mengetahui seberapa besar perjuangan yang telah Ibu lakukan.

Perjuangan yang saya pun entah sanggup menjalaninya. Lalu dengan jahatnya kita setelah beranjak besar berani menyakiti hatinya. Fahd menulisnya dengan tepat pada halaman 194:

”Dialah ibumu, ibunda darah dagingmu. Diaalh Ibu kandungmu, Ibunda kehidupanmu. Lalu yang selalu membuatku heran, mengapa setelah kau dewasa dan merasa bisa mengurusi kehidupanmu sendiri kau akan melupakan semuanya? Melupakan segala kebaikan hati dan pengorbanannya? Dan kau berani memarahinya, membuatnya menangis dan bersedih, mengecewakan hatinya dan melukainya? Gerangan virus jahat macam apakah yang merasuki pikiranmu, membutakan hatimu?”

Peran ayah pun tak dilupakan pada novel ini. Ayah yang merelakan perhatian istrinya terbagi untuk anak-anaknya. Ayah yang berusaha untuk mendapatkan yang terbaik untuk anaknya, Ayah yang kesannya jauh dari jangkauan tapi menyayangi anaknya dengan sepenuh hatinya. Ayah yang rela dibenci anaknya karena bersikap tegas dan disiplin demi kehidupan yang lebih baik untuk anaknya di masa depannya kelak. Ada ketidaksetujuan saya dalam tulisan Fahd di halaman 255, ” Ayahmu barangkali bukan ayah yang terbaik di dunia,, tetapi ia selalu berusaha melakukan dan memberikan segala hal yang terbaik untukmu-sejauh yang ia bisa.” Menurut saya jika dia telah berusaha sejauh yang ia bisa, maka dialah Ayah terbaik di Dunia. Ayah saya, ayah anda dan ayah orang lain merupakan Ayah yang terbaik di dunia.

Ada bagian yang menarik dalam novel ini berupa surat bayi perempuan yang diaborsi ibunya. Isinya sangat menyayat hati dan membuat kita menyesali perbuatan aborsi yang banyak para wanita lakukan. Banyak pasangan suami istri yang tak kunjung mendapatkan seorang anak rela memberikan hartanya untuk mendapatkannya. Maka ketika ada kasus aborsi, muncullah pertanyaan di benak mereka apa sebenarnya rencana Tuhan?

Sebuah novel karya Fahd Djibran yang sangat layak untuk dibaca oleh kita semua, Tak peduli tua atau muda, sudah menikah atau belum. Fahd mengajak kita untuk melihat semuanya dari hati bukan dari mata. Seperti kutipan dalam novelnya:

”Tak semua jalan yang terlihat akan membawamu pada jalan yang benar. Kadang jalan yang benar adalah jalan yang tak terlihat oleh matamu. Jangan biarkan matamu yang memutuskan kemana kau akan pergi, biarkanlah hatimu yang memutuskan kemana kau ingin pergi.” (Hal.157)

Senin, 12 Juli 2010

Kakang Kawah, Adi Ari-ari

Review by Truly Ruidono

Judul : Rahim
Pengarang : Fahd Djibran
Editor : Nita Taufik
Ilustrasi : Adriane Yunita
Penerbit : Goodfaith
Tahun : Juni 2010
Ketebalan : 316
ISBN : 978-602-9600-2-5


Kakang kawah, Adi Ari-ari…..

Sejak kecil, sudah sering kudengar orang-orang disekitar mengucapkan kalimat itu sambil mengelus-elus perutnya dimana sang jabang bayi berada. Baru belakangan aku mengerti maknanya. Dan buku ini, memberikan nuansa makna yang berbeda mengenai tempat dimana sebuah kehidupan dimulai.

Buku ini mengisahkan tentang perjalanan seorang bayi di Alam Rahim. Rahim adalah nama lain Alam Semesta. Dongeng ini ditulis berdasarkan kisah yang disampaikan oleh Pengabar Berita dari Alam Rahim, Dakka Madakka kepada sang bayi. Dakka Madakka berpawakan agak pendek, berkulit hitam, menggunakan pakaian yang agak aneh dengan manik-manik menyala di dadanya dan bertuliskan AR (alam Rahim), serta berjalan etrgesa-gesa dan kondisi kaki kanan agak pincang. Dakka berasal dari suatu tempat dimana matahari terbit agak terlambat tiga puluh lima detik dan terbenam lebih cepat tiga ratus lima puluh detik.

Di Alam Rahim, ukuran tubuh sang jabang bayi berkembang dengan sangat cepat menjadi empat kali lipat lebih besar dari bentuk semulanya. Disana juga ada Menteri Khusus Urusan Mimpi Kerajaan Alam Rahim yang bertugas meracik makanan rahasia. Jika dimakan maka akan menyebabkan tidur juga membawa bayi yang tidur kemanapun ia mau.

Profesor Waktu yang bertugas di Alam Rahim menyebutkan angka 24.471.165 detik. keseluruhan waktu setara dengan 9 bulan, 13 hari, 5 jam,32 menit dan 45 detik. Semuanya terlihat cepat! Mengingat 1 detik di Alam Rahim sama dengan 1 menit di Alam Dunia . Bayangkan selama ibu seorang ibu harus membawa beban sekian kilo di tubuhnya. Beban yang dibawa dengan rasa syukur dan kasih sayang.

Saya jadi teringat sebuah pengalaman pribadi beberapa tahu lampau. Sebagai anak tunggal, jagoan neonku sering tanpa sengaja mendapat perhatian dan perlakuan ekstra hingga membuatnya sedikit egois. Saat keinginannya tidak terpenuhi maka bisa timbul aksi unjuk rasa. Untuk membuatnya mengerti sesuatu hal tidak bisa dengan kata-kata namun harus dengan penjelasan sebab-akibat dan contoh kongkrit.

Suatu saat badanku sedang letih tak tertahan, dan ia memaksaku untuk menemaninya ke mall. Segala rayuan tidak mempan, memberikan pengertian lelah juga tidak bisa. Akhir sebuah kompromi disepakati. Anggap saja lelahku ini seperti ibu hamil, maka cobalah mengikat bantal kecil ke badan selama sekian jam tanpa dilepas. Jika ia mampu maka aku berjanji akan menemaninya ke mall dan membelikan makanan kesukaannya.

Untuk sekian menit bertama, wajahnya masih menunjukkan keceriaan, ada permainan baru baginya. Satu jam pertama, tawar menawar mulai dilakukan. Ia merayuku agar boleh melepas bantal kecil itu sebentar dengan alasan mau ke kamar kecil, tentunya ku tolak. Ku terangkan bahwa selama 9 bulan aku selalu membawanya kemanapun, dari ke kentor hingga mandi, Dalam kondisi sehat maupun sakit Akhirnya baru 2 jam ia menyerah dan mau memahami bagaimana pengorbanan seorang ibu membawa bayi dalam rahimnya selama 9 bulan! Tapi namanya juga anak-anak , sikap manisnya itu, maksudnya sangat manis hanya bertahan seminggu! Walau kembali ke sifat asal, namun terus terang ia sedikit berubah.

Setiap bab dalam buku ini diakhiri dengan sebuah paragraph yang berisi kalimat yang patut direnungi maknanya. Selain itu terdapat juga karikatur yang sangat sesuai dengan isi yang terkandung dalam bab itu. Namun yang sama, disetiap akhir bab ada gambar perjalanan sang jabang bayi.

Buku ini sarat akan makna kehidupan. Setiap individu diharapkan setelah membaca buku ini akan mensyukuri keberadaannya serta mensyukuri kehidupan yang dititipkan dalam wujud anak kepada mereka. Bacaan yang sangat cocok dibaca untuk para wanita serta para calon ayah bahkan yang sudah menjadi ayah.

Cocok juga untuk diberikan kepada buah hati . Belakangan banyak sekali anak-anak yang tak menghargai ibunya. Anak-anak yang tak menyayangi ibunya, yang sama sekali lupa bahwa mereka pernah meminjam setengah nyawa ibunya ketika hidup selama sembilan bulan di dalam kandungan ibunya.

Kembali saya teringat cerita seorang sahabat. Ia dengan bangganya bercerita, saat melahirkan anak pertama, sang suami ikut menemani ke dalam kamar bersalin. Sang suami membantunya mengatasi rasa sakit dengan merelakan tanganya dipegang sedemikian kuatnya hingga lecet-lecet kena kuku. Sang suami juga melihat bagaimana bayi merah itu dibersihkan sebelum diberikan untuk di Adzan-kan. Sejak saat itu kasih sayang sang suami kian melimpah.

Namun…, beberapa tahun kemudian kami mendapat khabar jika rumah tangga mereka sudah berakhir. Saat bertemu sang sahabat hanya tertawa ketika ditanya kepastian berita itu. Hal ini tentunya aneh mengingat baru beberapa waktu yang lalu sang suami selalu memuji perjuangan sang istri saat melahirkan.

Seandainya ada sebuah buku atau semacam kenangan yang bisa mengingatkan bagaimana perjuangan seorang ibu saat mengandung dan melahirkan anak, tentunya ia tidak akan pernah lupa dan berbuat yang aneh-aneh” Kata sahabatku sambil berkaca-kaca. “ Sudah melihatku berjuang saja ia masih macam-macam bagaimana jika tidak” Sambungnya lagi. Kami hanya bisa terdiam tidak tahu harus berkata apa.

Satu-satunya kekurangan dari buku ini buat saya adalah pengurangan cerita mengenai betapa cepatnya waktu berjalan di Dunai Rahim. Entah untuk penegasan atau dilakukan tanpa sengaja, namun sepertinya cukup jika diuraikan satu kali saja, sehingga kesan dramatisnya lebih terasa.

Dari keseluruhan buku, kalimat yang saya paling suka adalah : “ Memberi adalah mendapatkan lebih” Serta “Para ibu memberikan setengah nyawanya untuk sang jabang bayi selama berada di Alam Rahim”

Bintang 5 untuk buku ini
Jika anda para Ibu/calon ibu, buku ini sangat perlu dibaca!
Eh lupa................, di rekomendasikan oleh Kick Andy lho....!

Review Novel Rahim ( Sebuah Dongeng Kehidupan)

Review by Nastiti Rahayu a.k.a Hujan

Pengarang : Fahd Djibran
Harga : Rp. 60.000
Tebal : 316 Halaman
Penerbit : Goodfaith

Rahim adalah sebuah novel tentang sebuah dongeng kehidupan yang ditulis oleh Fahd Djibran, nama pena dari Fahd pahdepie. Dalam novel pertamanya ini, kita akan menemui tokoh-tokoh seperti Dakka Madakka, seorang Pengabar Berita dari Alam Rahim yang berasal dari kota Ura. Dia akan menceritakan apa yang kita alami di alam Rahim mulai dari embrio sampai berusia 9 bulan. Selain Dakka madakka,kita juga akan menemui tokoh-tokoh seperti ikan mas yang jadi koki, nenek olav dan juga Mahavatara. Semua dari mereka akan memberi kita pesan dan pelajaran yang sangat penting untuk bekal kita di Alam dunia, tapi sekarang ini banyak yang melupakan nasihat-nasihat mereka.
Apa kau tahu bahwa kini ada 42 juta kasus aborsi terjadi setiap tahun, itu sekitar 115.000 peristiwa aborsi setiap harinya di seluruh dunia. Tak tahukah para calon orang tua itu, kalau bayi mereka itu sangat berharga. Tidak semua orang bisa memiliki kesempatan untuk memilikinya bukan?? Bayi yang tidak tahu apa-apa, tidak punya pilihan untuk berada di rahim siapa, itu sudah di catat dalam Buku Besar Bukan??

Apa kau tahu, alam dunia juga merupakan rahim semesta, kita berproses disini dan di tuntut untuk matang dan nantinya akan mengalami peralihan ke alam lain, ingatlah semua pelajaran yang kau dapat di alam rahim kawan??

Novel ini akan membuat kita berpikir ulang dan lebih menghargai hidup. Ada saat-saat dimana kita akan terenyuh dengan cerita tentang ayah dan tentang ibu, kita akan teringat segala kesalahan-kesalahan kita pada dua orang yang paling mencintai kita.

Buku jenis ini memang masih sangat jarang di tulis oleh penulis indonesia, sehingga novel ini sangat terasa keunikannya. Buku ini akan membuat kita larut di dalamnya. Bahasa yang digunakan untuk menggambarkan setiap kejadian sangat pas,terkadang kalimat-kalimatnya akan membuat kening kita berkerut dan membuat kita tertawa. Selamat membaca,dan apabila kalian menemukan kebaikan dalam buku ini, dan merasa cukup terkesan, Teruskan kebaikan ini... (begitu pesan fahd)

3.8 dari 5 bintang

Salam hangat,
Hujan

Jumat, 09 Juli 2010

Workshop "Creative Writhink" dan Soft-Lauching "Rahim"

Oleh Admin



Teman-teman, hadirilah workshop CREATIVE WRITHINK dan soft-lauching novel RAHIM bersama Fahd Djibran, Sabtu 31 Juli 2010 pukul 08.00-Selesai bertempat di Gedung Dewan Kesenian Cianjur - Cianjur - Jawa Barat. Don't miss it! :)

Untuk informasi lebih lanjut kalian bisa menghubungi Yusuf Gigan di email giganyusuf@yahoo.co.id Atau telepon 087820656384. Bisa juga ke kurniaesa.script@gmail.com :)

Rahim (Fahd Djibran)

A Testimony by Weeko

Saat membuka lembar demi lembar halaman pertama Novel Rahim, saya sempat menduga-duga, ini hanya novel drama biasa tentang istri yang merindukan anak, suami yang tidak menginginkan anak, atau orang dengan harta berlimpah yang tak memiliki anak. Namun, ketika diperkenalkan kepada sosok Dakka, saya langsung tak bisa melepaskan Novel ini.

Saya seperti dibawa oleh Dakka memasuki dunia yang benar-benar tak saya kenal —padahal selama 9 bulan saya tinggal di “Dunia” itu. dunia ketika pertama kali saya dan mungkin kalian semua mulai diwujudkan dari setetes mani. Perjalanan mengenal dan menelusuri dunia Rahim benar-benar membuat saya seperti ingin dilahirkan kembali.

Fahd Djibran yang memiliki nama Asli Fahd Pahdepie, bukan hanya penulis novel yang baik, tapi juga peneliti yang suka mendongeng. Ia mampu menyandingkan ilmu pengetahuan dan dongeng dengan sangat bagus.

…Rahim mengajarkan saya bagaimana menghargai seorang wanita, ibu, dan kehidupan…

***** (bintang lima) untuk buku ini!

A Review of Fahd Djibran's Rahim

Review by Gita Rustifar

Testimoni ini saya buat karena sekali lagi saya 'terhanyut' oleh cerita bang Fahd Djibran dalam karyanya (Rahim) yang baru-baru ini diterbitkan. Topik orang tua entah kenapa selalu menyentil hati saya, saya akan mudah sekali berkaca-kaca (bahkan menangis) tiap kali topik ini dibahas. Ayah dan Ibu, atau biasanya saya memanggil mereka Papah dan Mamah. Tak ada yang khusus tentang mereka, tetapi tentu saja itu tak mengurangi nilai mereka sebagai orang tua. Nilai sempurna selalu ditujukan untuk mereka. Orang tua terbaik untuk saya.

Membaca novel berjudul Rahim ini membuat saya seolah ikut serta berpetualang menjadi seorang fetus. Tumbuh dan berkembang di suatu rumah bernama Alam Rahim. Merasakan apa yang mungkin orang tua saya rasakan ketika menunggu saya lahir ke dunia.
Saya seorang perempuan dan belum menikah, membaca novel ini mengingatkan banyak hal tentang betapa hebatnya menjadi orang tua. Pada saatnya nanti (insya Allah) saya akan memiliki anak-anak yang bersemayam dalam rahim saya. Saya, seorang anak dari ayah dan ibu saya, juga akan menjadi seorang ibu. Inilah suatu siklus kehidupan, dimana setiap detiknya harus kita syukuri.

Dua bab dari novel ini menguras air mata saya, bab berjudul Ibu dan satunya lagi Ayah. Saya menangis mengingat betapa saya tak cukup pantas menjadi anak dari mereka. Hal ini sempat membuat saya bertanya-tanya apakah pernah terlintas di pikiran mereka penyesalan terhadap kelahiran saya, seorang anak yang begitu sering melawan, acuh tak acuh, dan menyusahkan. Sungguh saya sangat bersyukur mereka masih ada untuk saya, masih dengan begitu tulus melakukan apapun yang terbaik bagi saya.

Izinkan saya mengutip sebagian kalimat dari novel tersebut :

Ibuku, tentang sikapku, tentang salahku, tentang sifatku, dan segala hal dalam hidupku yang bersinggungan denganmu, terima kasih dan maaf. Kaulah kecintaanku, perempuan yang akan kusayangi sampai aku mati.


Untuk Mamah, Papah...terima kasih atas segala bentuk cinta yang tiada henti kalian curahkan dan maaf mengingat anakmu ini masih terus menyusahkanmu. Peluk dan cium untuk orang tuaku, semoga Allah senantiasa melimpahkan berkahnya kepada kalian...

P.S. Terima kasih kepada bang Fahd Djibran yang dengan begitu uniknya mengemas suatu dongeng kehidupan menjadi 'sentilan' manis bagi tiap-tiap kita, seorang anak yang pada saatnya nanti akan menjadi orang tua. MATIKAN MATAMU, NYALAKAN HATIMU.

Rahim, Sang Raja Semesta

Resensi oleh Sussy Listiarsasih

Jadi, mengapa kisah ini penting untuk kuceritakan padamu? Agar kau lebih menghargai hidup. Menghargai setiap tarikan napas. Menghargai apa pun yang dianugerahkan Raja Semesta padamu. Kau beruntung memiliki orang tua yang baik dan mengasihimu, hingga saatnya kini kau bisa hadir di dunia dan menikmati segalanya—kau beruntung memiliki hidup.

Dan pada saatnya nanti, mungkin kau akan memiliki seorang anak yang bersemayam di rahim suci perempuanmu… Bila saat itu datang, apa pun alasanmu, kumohon jangan biarkan para penghuni Kerajaan Alam Rahim bersedih dan terluka lagi: jangan sekalipun kau berpikir untuk menggugurkan kandungannya atau malah melakukannya. Jangan menodai kesucian rahim perempuanmu. Jangan lakukan itu. Kumohon.

…asal kau tahu, Rahim adalah nama lain dari Raja Semesta.


Itulah kutipan paragraf dari buku Rahim ini, menunjukan betapa pentingnya buku ini untuk dibaca. Membaca Rahim membuatku serasa masuk ke dunia dengan dimensi lain. Novel yang dilahirkan oleh Fahd Djibran ini tak layaknya novel-novel lain. Mungkin beberapa orang akan menyebutnya sastra, tapi Fahd lebih suka menyebut karyanya kali ini dengan ”dongeng”. Sebuah dongeng kehidupan.

Dari manakah dimulainya kehidupan? Dari saat sperma bertemu dengan ovum dan membuahinya sehingga berkembang menjadi ’gumpalan sel’. Nah, ’gumpalan sel’ ini akan terus berkembang menjadi embrio, fetus, dan akhirnya menjadi janin, calon bayi dalam rahim. Tak pernah terpikirkan apa yang sebenarnya terjadi di dalam Alam Rahim tersebut, mungkin sang Ibu yang mengandung dan sang Ayah yang mengikuti perkembangan kandungan sang Ibu pun hanya dapat menerka-nerka apa yang terjadi pada bakal bayi dalam perutnya.

Dari desain covernya yang unik, kita sudah dapat membayangkan apa yang ada di dalam rahim, terdapat semesta luas yang patut digali, dilingdungi, dan dihargai. Dengan cover depan yang membentuk seorang perempuan hamil, dan paduan warna yang apik, Rahim ini akan mengajak kita masuk ke alam di mana kita tumbuh sebelum hadir di Alam Dunia.

Kisah ini diawali oleh munculnya seorang Pengabar Berita dari Alam Rahim bermana Dakka Madakka yang mempunyai misi untuk mengabarkan keadaan yang ada di Alam Rahim, yang bertujuan agar manusia lebih menghargai kesucian rahim kaum perempuan. Tidak hanya menganggapnya sebagai sebuah organ biologis semata yang berfungsi sebagai alat reproduksi, tapi juga mempercayai bahwa di sana ada kehidupan unik yang diciptakan oleh Raja Semesta.

Dakka menceritakan tahap apa yang terjadi di setiap perkembangan janin dan apa yang dilakukan janin di dalam sana. Hey, apa yang dia lakukan? Adakah yang bisa dia lakukan di dalam rahim yang sempit itu? Itulah uniknya imajinasi dalam pikiran Fahd, dia menciptakan tokoh Dakka sebagai perantaranya dalam menyampaikan apa yang ada dalam ruang imajinasinya di Alam Rahim.

Ternyata Si Bayi bermimpi di Alam Rahim, bermimpi bertemu orang-orang yang membekali dirinya berbagai ilmu dan budi pekerti sebagai bekalnya nanti di Alam Dunia. Si Bayi mendapatkan berbagai nasihat bijak yang membuatnya mengerti arti kehidupan. Ia bertemu Tuan Kucing yang Bisa Berbicara, Ikan Mas yang Bekerja Sebagai Koki, Amadeus, Aynu Si Gadis Buta Penunjuk Jalan, Profesor Waktu, Nenek Olav, dan Mahavatara.

Tak hanya Si Bayi yang dapat memetik hikmah dari pertemuannya dengan mereka. Saat membaca buku ini pun kita dapat mereguk berbagai pelajaran yang diterima Si Bayi untuk diaplikasikan di Alam Nyata, tak hanya dapat dinikmati Si Bayi di Alam Rahim.

Membaca alur karya Fahd kali ini benar-benar berbeda dengan alur karya-karya Fahd sebelumnya. Sebutlah A Cat In My Eyes dan Curhat Setan yang merupakan dua karya yang terbit sebelum Rahim. Dua buku tersebut tidak disajikan seperti novel layaknya Rahim, dua buku tersebut berisi tulisan-tulisan cerdas yang membuatmu terus berpikir dan bertanya.

Sedangkan karya lainya, seperti Revolusi Sekolah dan Being A Superstar adalah buku yang berisi tips dan motivasi untuk bergerak lebih maju lagi. Dan Rahim ini menjadi salah satu masterpiece dari Fahd Djibran menurut Nita Taufik, penyunting Rahim. Terlebih Fahd membuat Rahim ini ketika istrinya sedang mengandung sehingga membuat karyanya ini begitu hidup.

Tapi tetap, gaya tulisan Fahd ini begitu khas. Sejak saya mengenalnya saat masih nyantri, sebagai kakak kelas yang baik, ia bisa meledakkan semangat adik-adik kelasnya dengan tulisan-tulisannya di dinding, atau di majalah PesanTrend. Dalam pandangan mata awam saya, tulisannya ini selalu ringan dan enak dibaca. Sering tulisannya mengenai peristiwa sehari-hari yang sepele, tapi mengandung kedalaman yang selalu diikutsertaan di dalamnya.

Dari semua kebaikan dari buku ini, ada hal yang membuat saya geregetan. Waktu terbit yang di agendakan bulan Mei, terus mundur sehingga baru bisa saya dapatkan di Bulan Juli. Dan ketika akhirnya bisa saya nikmati karya Fahd yang satu ini, saya dapat lebih merasakan kebesaran dari kasih sayang Raja Semesta penjaga Rahim. IBU...

Kamis, 08 Juli 2010

Zunaira, Jagalah --[Rahim]-- Ini Baik-Baik, Demi Masa Depan Kita

Review by Indra J. Santoso

Bogor| 8 Juli 2010


Untuk Zunaira,
Wanita yang memiliki telaga cinta,
Membilas dahaga dari kejauhan.

Sayangku,
Sahabatku yang satu ini selalu penuh dengan kejutan. Melakukan penalaran diluar keterbiasaan budaya kita semua. Namun kita semua tidak akan menolak pesan baik ini seperti apa-apa yang biasa terjadi di negara tropis ini. Pro-kontra, anarkisme dan segala tingkah laku yang memancing emosi dengan gaya yang menggelak tawa, para tubuh besar berusia dewasa dengan kelakuan anak TK.

Cintaku,
Sahabatku ini menitipkan pesan kebaikan untuk semuanya. Semua umat manusia di dunia. Tidak sepihak pada gender tertentu. Tidak serta merta pada manusia saja. Semuanya. Tanpa pandang bulu. Ia menitipkan pesan luar biasa. Pesan kebaikan.

Siang tadi, tepatnya pukul 2 siang pada hari ini 8 Juli 2010, Fahd "datang" ke tempatku berteduh. Ia tiba seraya mengucapkan salam. Salam kebaikan untuk semesta alam. Kusapa ia. Kami berpelukan seolah lama sekali tak berjumpa. Kupersilahkan ia masuk. Lalu kujamu sebaik-baiknya jamuan kepada para tamu. Itulah yang diajarkan sang pembawa pesan kepadaku. Kami berbincang cukup lama. Kurang lebih selama 316 menit aku menjadi seorang ‘pendengar’.

Pendengar?
Ya, p-e-n-d-e-n-g-a-r. Karena ia mendongeng. Ia bercerita tentang sebuah kebaikan. Ia bercerita tentang keluarga kecil yang baru saja dibentuknya. Formasi awal sebuah tim. Bersama istrinya ia merancang sebuah kehidupan masa depan yang bahagia. Bahu membahu merancang sang arsitek di dunia yang berbeda. Namun, ternyata dalam prosesnya ia menemukan hal besar. Jauh lebih besar daripada sebuah impian di masa depan. Ia menemukan sebuah semesta kecil dan semesta raksasa. Ya. Aku bergetar ketika mendengarnya bercerita. Semesta kecil yang seolah menjadi hal biasa. Dan semesta raksasa yang kita membutakannya.

Kekasih Hatiku,
Fahd mendongeng panjang lebar, tanpa henti kecuali sesekali waktu untuk menegak segelas air minum yang telah kusajikan. Maklum, ia pun manusia yang mampu haus. Aku mendengarkannya dengan seksama, memasang kedua daun telinga ini lekat-lekat. Sesekali aku memicingkan mata, menaikkan alis mata kananku, kaget, tersenyum, sedih, prihatin dan malu. Ia mengekspresikannya begitu mendalam, begitu syahdu. Sehingga yang ada di bayanganku terlintas dua generasi: Orang Tua kita dan masa depan kita.

Fahd meledek kita, sayang... Ia menantang kapan kita saling bertukar cincin. Kapan aku berbicara sungguh-sungguh kepada orang tuamu. Ia menantang kapan aku menjadi seorang laki-laki yang benar-benar laki-laki. Ia meledek kita.

Muara Hatiku,
Fahd, menitipkan pesan baik ini padaku. Dan aku menyampaikan ini kepadamu salah satunya. Karena kamu telah merantai hatiku. Mau tak mau kau harus kuberitahu. Pesan ini adalah pesan sederhana. Tidak jauh dari kehidupan sehari-hari. Tiap jam, menit dan detik hal itu selalu ada bersama. Apalagi dirimu yang diberi kuasa untuk menyimpannya. Kau bahkan tidak pernah terlepas dari itu. Kau selalu membawanya kemana-mana. Layaknya mushaf yang selalu siap segera untuk dilantunkan ayat-ayatnya. Tidak jauh dari tasbih-tasbihmu padanya yang mengalir dari kerongkongan. Jauh, jauh lebih dalam daripada itu. Memang itu dunia kecil kasat mata. Namun itu menyimpan jutaan hingga milyar dan bilyunan arti di dalamnya.

Rinduku,
Kita semua merindukan masa-masa itu. Masa-masa dimana kita merasa hangat, tanpa penat. Dunia kecil itu bermula dari sebuah kenyamanan. Kita tidak perlu repot-repot mengemis dan meminta. Karena kita akan diberi secara cuma-cuma. Kita tertidur pulas. Kalaupun ada yang mengganggu, dua orang yang sangat mencintai kita langsung menghadang dan memberi perlindungan. Mereka menjaga kita baik-baik, tak hanya si pemilik tempat dimana kita bernaung, melainkan mereka berdua. Orang-orang biasa yang berjuang luar biasa. Mereka rela melepas nyawa demi keberadaan kita. Tanpa pernah diminta, mereka adalah pahlawan sesungguhnya. Bukan tokoh-tokoh buatan yang beredar di layar datar dengan efek yang dahsyat luar biasa. Karena pada akhirnya tokoh-tokoh pujaan kita pun akan meminta pamrih, minimal berupa pujian. Sedangkan mereka berdua tidak. Tidak pernah. Bahkan mereka selalu kita sakiti. Kita khianati. Kita beri duri. Mereka rindu. Rindu ketika dulu kita memohon perlindungan pada mereka. Rindu akan masa-masa dimana kita masih ada di dalam sana. Di tempat mungil berjuta makna. Tempat atas segala ridho Illahi. Rahim.

Penatku,
Mungkin selama sembilan bulan sepuluh hari membuat kita penat. Kita hanya mampu tertidur dan sedikit bergerak di ruang yang sempit itu. Kita ingin segera bebas. Ingin menikmati hak-hak kita yang –katanya—indah bila kita mampu memanfaatkannya. Dan kita merasa hak kita adalah berada diluar ruangan itu. Kita merasa itu adalah pilihan paling baik. Dan bila itu terjadi, “MATIKAN MATAMU, NYALAKAN HATIMU”. Kalimat itu Fahd tekankan pada pertengahan penghabisan dari total dongengnya, menit 156!

...
Tak semua jalan yang terlihat akan membawamu pada jalan yang benar. Kadang jalan yang benar adalah jalan yang tak terlihat oleh matamu. Jangan biarkan matamu yang memutuskan kemana kau akan pergi, biarkanlah hatimu yang memutuskan kemana kau ingin pergi. Penampakan adalah kilasan dari yang tidak jelas.
....


Calon Ibu dari anak-anakku,
Aku teringat lagu Sherina Munaf ketika ia masih menikmati masa kanak-kanaknya. Judulnya “Andai Aku Besar Nanti”.

Andai aku tlah dewasa apa yang akan kukatakan untukmu idolaku tersayang, ayah
Andai usiaku berubah kubalas cintamu bunda, pelitaku, penerang jiwaku dalam setiap waktu

Oho Kutau kau berharap,
dalam doamu...

kutau kau berjaga,
dalam langkahku...

kutau kau slalu cinta,
dalam senyummu...

oh tuhan kau kupinta bahagiakan mereka sepertiku.

Andai aku tlah dewasa ingin aku persembahkan semurni cintamu setulus kasih sayangmu kau slalu kucinta.


Apakah anak-anak kita nanti akan berkata sedemikian indahnya pada kita? Bersenandung lagu Sherina di kamarnya dalam perutmu. Salto, sirkus, meninju dan lain sebagainya. Akankah kita masih berharga dimata mereka? Kita yang menua. Kita yang beruban. Kita yang membuncit. Kita yang peyot. Kita yang bungkuk. Kita yang amat renta. Atau mungkin mereka akan melakukan seperti apa yang pernah kita lakukan kepada kedua orang tua kita masing-masing. Mungkin itupun yang pernah dipikirkan oleh kedua orang tua kita. Mempertanyakan dan mengharapkan yang indah-indah atas apa yang akan kita beri selaku bentuk pengabdian dan balas jasa padanya. Padahal, dulu –sebelum kita benar-benar tahu diri kita—mereka sering memperdebatkan siapa kita (saking pedulinya!!!)
Kalau tidak salah dimenit yang ke-52. Ia bercerita seperti ini:

....
“Mas, kira-kira nanti anak kita laki-laki atau perempuan, ya?” Ibumu mulai menebak-nebak jenis kelaminmu kelak.
“Hmmm, laki-laki atau perempuan, ya? Feeling-ku sih laki-laki, deh!” kata Ayahmu sambil tersenyum.
“Kira-kira mau dikasih nama siapa ya kalau anak kita laki-laki?”
“Hehe... Siapa, ya, Sayang?” Kalau laki-laki aku pengin ada nama’Mikail’-nya.”
“Hihi... Bagus juga, Mas. Terus, kalau anaknya perempuan namanya siapa?”
“Belum kepikiran sih...Aha! Gimana kalau Mikaila?” kata Ayahmu sambil nyengir.
“Eh, lucu juga Mikaila.” Ibumu balas nyengir.
Mereka berdua tertawa lepas.
....

Fahd menceritakan dialog wajib yang tidak akan pernah dilewatkan oleh pasangan manapun di dunia ini. Bahkan –aku sangat yakin—bila Alien itu benar-benar ada, mereka pun pasti berbincang berdiskusi jenis kelamin apa yang ada di alam rahim kecil itu.

Zunaira, bila nanti kamu hamil. Kita usahakan untuk tidak meniru manusia, mempertanyakan jenis kelamin. Biar Sang Raja Semesta yang mengurusnya, melalui buku besar-Nya :p

Mantan Pacarku,
Nanti kita harus kompak! Bergantian untuk terjaga. Berbagi tugas yang kita bebankan sama rata. Waktu itu kau berkata bahwa setiap subuh ia harus diperdengarkan murottal. Baiklah. Apapun itu, kau lebih tahu apa yang terbaik untuk tabungan masa depan kita itu. Karena kamu tahu, dunia kita berbeda. Sangat jauh berbeda. Sama halnya seperti kedua orang tua kita. Ayahmu keturunan bangsawan. Sedangkan ayahku hanyalah seorang pengumpul kayu bakar sebelum berangkat sekolah di pedalaman gunung di daerah Jawa Timur. Kamu adalah keturunan pembawa Islam. Sedangkan aku keturunan Kejawen tulen, perpaduan Islam-Hindu-Budha.

Teman Hidupku,
Banyak hal yang Fahd dongengkan dalam per-tamu-annya pada hari itu. Ia berbagi ilmu dan cinta. Ia menebar fakta yang mencengangkan!!

...
Terlalu banyak kematian yang kami dengar di Alam Rahim, terlalu banyak kesedihan. Bahkan bila kau berkilah bahwa aborsi bisa saja terjadi karena kecelakaan atau kau terpaksa dilakukan karena pertimbangan kesehatan, kau tetap menciptakan kematian, menciptakan kesedihan—setidaknya bagi penduduk Kerajaan Alam Rahim.

Dan pada saatnya nanti, mungkin kau akan memiliki seorang anak yang bersemayam di rahim suci perempuanmu... Bila saat itu datang, apa pun alasanmu, kumohon jangan biarkan para penghuni Kerajaan Alam Rahim bersedih dan terluka lagi; jangan sekalipun kau berpikir untuk menggugurkan kandungannya atau malah melakukannya. Jangan menodai kesucian rahim perempuanmu. Jangan lakukan itu. Kumohon.

Asal kau tahu, Rahim adalah nama lain dari Raja Semesta.
(menit 241-242)
...


Zunaira,
Ini adalah paragraf terakhir yang kutuliskan untuk surat ini. Surat pengabar berita kebaikan. Sebaiknya kamu baca sendiri selanjutnya di lampiran ini. Dongeng Si Juru Dongeng yang tlah dimampatkan dalam kemasan yang bagus dan berwarna penuh dengan gambar-gambar. Dan aku akan mendongengkan dongeng Si Juru Dongeng kepada yang lainnya.

Jagalah rahimmu baik-baik hingga aku menitipkan kehidupan disana, hingga kita membangun kerajaan kecil disana

--Kau tahu, sebenarnya kelahiran hanyalah nama bagi peralihanmu dari Alam Rahim ke Alam Dunia. Kau tidak dilahirkan dalam pengertian yang sebenarnya. Kau hanya mengalami peralihan, dari rahim Ibumu menuju rahim yang lebih besar lagi; Rahim Semesta— (309)


Kekasihmu yang setia menanti,

Al

Rahim: Sebuah Dongeng Kehidupan

Review by Wenny Sri Widowati

Judul: Rahim, Sebuah Dongeng Kehidupan
Penulis: Fahd Djibran
Penerbit: Goodfaith
Harga: Rp. 60.000 (dapat diskon 15% jadi Rp. 51.000)

Ini dia novel yang saya tunggu kehadirannya sejak bulan Mei yang lalu. Sayang sekali kehadirannya harus tertunda beberapa minggu, padahal saya berharap bisa membaca tulisan terbaru mas Fahd Djibran tepat di hari ulang tahun saya. Tapi tidak masalah, kadang menunggu menjadi rutinitas yang mendebarkan. Setiap kali membaca perkembangan novel ini di Ruang Tengah, saya selalu tidak sabar untuk mendapat jawaban dari pertanyaan, "Seperti apa sih novel Rahim? Apakah sebagus dua buku terdahulu yang ditulis mas Fahd Djibran?" inilah jawaban atas pertanyaan saya tersebut.

Ini cerita tentang Ayah dan Ibumu. Beberapa bulan setelah pernikahan mereka. Dan kau yang diam-diam menyalakan hidup di rahim suci Ibumu...


Yap, novel setebal 316 halaman ini berkisah tentang pasangan muda yang sedang menanti kelahiran bayi mereka, tetapi fokus yang diberikan adalah perkembangan bayi di dalam rahim sang calon ibu. Cerita mengalir dari bagaimana sang bayi terbentuk, bagaimana sang bayi menjalani hari-harinya hingga proses kelahiran, bagaimana sang bayi ingin tahu banyak hal, bagaimana sang bayi menyapa calon ayah dan ibunya dengan caranya sendiri, dan hal-hal menarik lainnya yang membuat saya berpikir betapa mengagumkan perkembangan seorang bayi di dalam rahim seorang perempuan. Kehidupan di Alam Rahim yang dulu pernah saya alami (dan semua orang), tetapi tidak ada sedikitpun ingatan tentangnya. Kehidupan yang terlupakan.

Kalau anda berpikir, "Ah, kalau hanya perkembangan bayi di dalam rahim, berarti sama saja dengan isi buku biologi untuk sekolah menengah, semua orang yang pernah sekolah pasti sudah tahu," sebenarnya memang demikian, sedikit mirip buku biologi karena beberapa istilah yang dipakai dalam buku ini adalah istilah kedokteran. Tetapi seperti yang tertulis di cover depan, buku ini adalah buku dongeng, kisah yang diceritakan adalah fakta ilmiah dalam balutan imajinasi yang menawan. Anda tidak perlu takut dengan sedikit istilah kedokteran yang ada di novel ini, karena istilah yang dipakai tidak memberatkan pembaca sama sekali, bahkan untuk saya yang tidak memiliki latar belakang kedokteran.

Jika novel pada umumnya selalu berisi tokoh protagonis, antagonis, klimaks cerita, happy/sad ending, maka saya beranggapan bahwa Rahim tidak seperti novel-novel yang pernah saya baca. Kisah yang diberikan mengalir maju dengan kecepatan pelan, hampir terkesan datar, bahkan saya tidak tahu siapa tokoh antagonis dan protagonis, saya juga tidak tahu apakah kisah ini berakhir senang, netral, duka atau gabungan ketiganya. Terkesan tidak menarik? Saya justru menikmati alur novel ini, selipan imajinasi yang dibangun oleh penulis disepanjang novel berhasil membuat saya terbuai dalam khayalan saya sendiri. Karenanya, alih-alih novel, saya lebih suka jika buku ini disebut buku dongeng.

Dan kini, disinilah aku, membawa tugas khusus yang mulia untuk mengembalikan kepercayaan dan sakralitas Alam Rahim di mata manusia.


Rahim, dalam buku ini disebutkan sebagai sesuatu yang sakral, sesuatu yang suci. Dia tidak hanya berfungsi sebagai seonggok daging tempat penitipan bayi yang diberikan Raja Semesta pada setiap perempuan. Lebih dari itu, Alam Rahim memiliki kehidupannya sendiri, sebuah tempat dimana kehidupan bermula, tempat dimana setiap manusia terbentuk sebelum peralihan menuju Alam Dunia. Sayangnya, manusia pada masa kini mulai melupakan sakralitas Alam Rahim. Rahim hanya dianggap sebagai organ reproduksi para perempuan. Bahkan lebih parahnya, banyak manusia tidak bermoral dan tidak bertanggung jawab yang menjadikan rahim sebagai tempat sampah.

Dakka Madakka, seorang utusan khusus dari Kerajaan Alam Rahim bertugas untuk mengembalikan sakralitas tersebut. Dia akan bercerita seperti apa kehidupan di Alam Rahim, mengapa alam itu begitu sakral dan suci. Dakka memulai kisah dengan memilih acak sesosok bayi yang baru memulai kehidupannya di Alam Rahim. Bersama Dakka dan sang bayi, para pembaca dapat berkelana dalam kisah mengagumkan disana. Saya tidak akan membocorkan isi Alam Rahim dalam tulisan ini, yang pasti, anda akan menemui beberapa petualangan, menemui banyak tokoh yang mengagumkan, hingga pada akhirnya anda akan berimajinasi bahwa anda juga pernah menjalani kehidupan disana. Anda akan dibuat seolah percaya bahwa anda, dulunya, pernah mengalami petualangan serupa.

Saya menuntaskan dongeng ini dalam satu malam. Duduk di pojok tempat tidur, sesekali tersenyum, beberapa kali menangis, membayangkan seperti apa rasanya jika ada bayi yang tumbuh di dalam rahim saya suatu hari nanti, termasuk mengingat beberapa kenakalan saya saat masih bocah, tersenyum lagi, menangis lagi. Sebuah perjalanan spiritual ringan yang akan membuat badai pikiran dan badai emosi pada anda. Dongeng yang menawan, ilmu pengetahuan dan imajinasi dalam tata bahasa yang ringan. Alasan ini yang membuat saya selalu jatuh cinta pada tulisan sang penulis, mulai dari A Cat in My Eyes, Curhat Setan, dan tulisan di Ruang Tengah.

Buku dongeng ini akan bagus jika anda hadiahkan pada orang yang anda sayangi, sebagai kado ulang tahun, sebagai mahar pernikahan (jika calon istri anda gemar membaca), atau untuk diri anda sendiri. Sekian, akan panjang jika saya teruskan, mungkin saya akan berceloteh tentang efek Rahim pada tulisan selanjutnya.

Tertarik?
Selamat berpetualang di Alam Rahim dan nikmati perjalanan anda :)

Memangnya kenapa kalau kau sudah besar? Dia tetap ibumu, ibu bagi kehidupanmu.


RATING: 8,5/10
===================================

Terima kasih kepada pihak inibuku yang telah memproses pesanan pre-order saya untuk novel Rahim. Paketan ini sampai tanpa cacat ke tangan saya pada tanggal 29 Juni 2010.

Terima kasih juga untuk mas Fahd Djibran atas tanda tangan dan badai pemikiran dalam Rahim, akan saya rawat baik-baik buku ini (walaupun saya bingung gimana nyampulin buku dengan cover berbentuk siluet lekuk tubuh wanita). Good job, dan selamat berdebar menanti kelahiran putra pertama :)

Comment from Facebook #1

Mas Fahd, aku ud baca Rahim... Keren...:)Salute for U! Imajinasi Mas Fahd Luar biasa...I'm waiting for ur second Novel... Teruskan kebaikan ini... Hehe :)
--Miftahurrahmi Fitri, Padang.

Minggu, 04 Juli 2010

Comment from Twitter #1

misstashalov:
Baru slse baca "Rahim" dan wow. Rasanya spt stlh mengalami petualangan magis. Trimakasih @fahdisme uda menyalakan kembali mata hati saya :)

Anastaha Lovinna, 04 July 2009, via ÜberTwitter