Rabu, 22 September 2010

Lagu Malam (6)

: untuk anakku, saat berusia tujuh bulan di rahim istriku

anakku, segeralah datang dalam dekapan,
sejujurnya aku sudah tak sabar
membiarkan telunjukku digenggam jemari kecilmu
tenggelam dalam laut matamu yang lugu
merasakan getar tangan dalam tangan
getar mata dalam mata, senyuman

anakku, aku tak sabar menantikan tangis pertamamu
membentangkan cakrawala, menggetarkan keluasan dunia
lalu menerbitkan matahari di rumah kami berkali-kali
aku dan ibumu, berjanji memberimu nama
bagai doa yang tak putus-putus selamanya
dan kamu, berjanjilah tak akan mengkhianatinya

kalau malam datang, aku berjanji menutup buku-bukuku
mematikan komputer dan merapikan meja kerjaku
aku akan berusaha bertarung melawan insomniaku,
lalu meninggalkannya demi mengantarmu mengarungi
negeri dongeng, atau menemukan kancil nakal di kebun paman petani
akan kukenalkan kau pada Syahrazad, Nasrudin, sampai Muhammad
nama-nama yang dari mereka kudapati semesta hikmah dalam kisah

maka mari kita tidur bersama;
aku, ibumu, dan kamu yang kami dekap
dengan dzikir dan doa, cinta

anakku, kalau kau terbangun di malam sunyi
dan ingin pipis, lakukanlah sesuka yang kau mau
aku tak akan memarahimu, sugguh dengan bahagia
aku akan mencuci helai-helai popokmu
seperti doa yang membasuh benih-benih duka
dan sebab-sebab air mata dari hidupmu
: itulah tahajudku

suatu hari aku akan mengajarimu berwudhu
membersihkan kebencian dan kesombongan dari dirimu
membasuh tanganmu dengan tanganku
mengusap rambutmu membasuh kakimu
lalu akan kuajarkan kepadamu kata-kata, kalimat, bahasa
yang kumulai dengan nama Tuhan dan kuakhiri dengan salam perdamaian
itulah shalatmu, membentangkan helai-helai
sajadah waktu dalam hidupmu

anakku, segeralah datang dalam dekapan,
tumbuhlah menjadi dirimu sendiri
aku tak akan berusaha menjadi busur bagi dirimu
sebab kau bukan anak panah yang mesti kubidikkan ke mana-mana
kaulah lesat bagi gerakmu sendiri, tuan bagi dirimu sendiri,
maka lupakanlah Gibran yang bermimpi jadi Nabi

anakku, inilah sajakku untukmu
jika suatu hari saat kau sudah dewasa dan membacanya
lalu menganggapku berlebihan dalam mencintaimu
maafkan, aku sesungguhnya hanyalah seorang ayah
yang terlalu cemas dan khawatir menerka-nerka waktu
: akankah sampai, ciumku pada keningmu?



Fahd Djibran
, penulis novel Rahim: Sebuah Dongeng Kehidupan

PS: Rahim adalah sebuah novel yang dikemas dalam format dongeng, saya menuliskannya khusus untuk menyambut kelahiran anak saya Desember mendatang (mohon doanya dari teman-teman semua :D). Bacalah, lalu mari bersama-sama, kau dan aku, mengarungi samudera cinta dan semesta kasih sayang—orang tua pada anaknya. Dapatkan bukunya di Gramedia atau toko buku lainnya, bisa juga dipesan melalui: kurniaesa.order@gmail.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar