Jumat, 09 Juli 2010

Rahim, Sang Raja Semesta

Resensi oleh Sussy Listiarsasih

Jadi, mengapa kisah ini penting untuk kuceritakan padamu? Agar kau lebih menghargai hidup. Menghargai setiap tarikan napas. Menghargai apa pun yang dianugerahkan Raja Semesta padamu. Kau beruntung memiliki orang tua yang baik dan mengasihimu, hingga saatnya kini kau bisa hadir di dunia dan menikmati segalanya—kau beruntung memiliki hidup.

Dan pada saatnya nanti, mungkin kau akan memiliki seorang anak yang bersemayam di rahim suci perempuanmu… Bila saat itu datang, apa pun alasanmu, kumohon jangan biarkan para penghuni Kerajaan Alam Rahim bersedih dan terluka lagi: jangan sekalipun kau berpikir untuk menggugurkan kandungannya atau malah melakukannya. Jangan menodai kesucian rahim perempuanmu. Jangan lakukan itu. Kumohon.

…asal kau tahu, Rahim adalah nama lain dari Raja Semesta.


Itulah kutipan paragraf dari buku Rahim ini, menunjukan betapa pentingnya buku ini untuk dibaca. Membaca Rahim membuatku serasa masuk ke dunia dengan dimensi lain. Novel yang dilahirkan oleh Fahd Djibran ini tak layaknya novel-novel lain. Mungkin beberapa orang akan menyebutnya sastra, tapi Fahd lebih suka menyebut karyanya kali ini dengan ”dongeng”. Sebuah dongeng kehidupan.

Dari manakah dimulainya kehidupan? Dari saat sperma bertemu dengan ovum dan membuahinya sehingga berkembang menjadi ’gumpalan sel’. Nah, ’gumpalan sel’ ini akan terus berkembang menjadi embrio, fetus, dan akhirnya menjadi janin, calon bayi dalam rahim. Tak pernah terpikirkan apa yang sebenarnya terjadi di dalam Alam Rahim tersebut, mungkin sang Ibu yang mengandung dan sang Ayah yang mengikuti perkembangan kandungan sang Ibu pun hanya dapat menerka-nerka apa yang terjadi pada bakal bayi dalam perutnya.

Dari desain covernya yang unik, kita sudah dapat membayangkan apa yang ada di dalam rahim, terdapat semesta luas yang patut digali, dilingdungi, dan dihargai. Dengan cover depan yang membentuk seorang perempuan hamil, dan paduan warna yang apik, Rahim ini akan mengajak kita masuk ke alam di mana kita tumbuh sebelum hadir di Alam Dunia.

Kisah ini diawali oleh munculnya seorang Pengabar Berita dari Alam Rahim bermana Dakka Madakka yang mempunyai misi untuk mengabarkan keadaan yang ada di Alam Rahim, yang bertujuan agar manusia lebih menghargai kesucian rahim kaum perempuan. Tidak hanya menganggapnya sebagai sebuah organ biologis semata yang berfungsi sebagai alat reproduksi, tapi juga mempercayai bahwa di sana ada kehidupan unik yang diciptakan oleh Raja Semesta.

Dakka menceritakan tahap apa yang terjadi di setiap perkembangan janin dan apa yang dilakukan janin di dalam sana. Hey, apa yang dia lakukan? Adakah yang bisa dia lakukan di dalam rahim yang sempit itu? Itulah uniknya imajinasi dalam pikiran Fahd, dia menciptakan tokoh Dakka sebagai perantaranya dalam menyampaikan apa yang ada dalam ruang imajinasinya di Alam Rahim.

Ternyata Si Bayi bermimpi di Alam Rahim, bermimpi bertemu orang-orang yang membekali dirinya berbagai ilmu dan budi pekerti sebagai bekalnya nanti di Alam Dunia. Si Bayi mendapatkan berbagai nasihat bijak yang membuatnya mengerti arti kehidupan. Ia bertemu Tuan Kucing yang Bisa Berbicara, Ikan Mas yang Bekerja Sebagai Koki, Amadeus, Aynu Si Gadis Buta Penunjuk Jalan, Profesor Waktu, Nenek Olav, dan Mahavatara.

Tak hanya Si Bayi yang dapat memetik hikmah dari pertemuannya dengan mereka. Saat membaca buku ini pun kita dapat mereguk berbagai pelajaran yang diterima Si Bayi untuk diaplikasikan di Alam Nyata, tak hanya dapat dinikmati Si Bayi di Alam Rahim.

Membaca alur karya Fahd kali ini benar-benar berbeda dengan alur karya-karya Fahd sebelumnya. Sebutlah A Cat In My Eyes dan Curhat Setan yang merupakan dua karya yang terbit sebelum Rahim. Dua buku tersebut tidak disajikan seperti novel layaknya Rahim, dua buku tersebut berisi tulisan-tulisan cerdas yang membuatmu terus berpikir dan bertanya.

Sedangkan karya lainya, seperti Revolusi Sekolah dan Being A Superstar adalah buku yang berisi tips dan motivasi untuk bergerak lebih maju lagi. Dan Rahim ini menjadi salah satu masterpiece dari Fahd Djibran menurut Nita Taufik, penyunting Rahim. Terlebih Fahd membuat Rahim ini ketika istrinya sedang mengandung sehingga membuat karyanya ini begitu hidup.

Tapi tetap, gaya tulisan Fahd ini begitu khas. Sejak saya mengenalnya saat masih nyantri, sebagai kakak kelas yang baik, ia bisa meledakkan semangat adik-adik kelasnya dengan tulisan-tulisannya di dinding, atau di majalah PesanTrend. Dalam pandangan mata awam saya, tulisannya ini selalu ringan dan enak dibaca. Sering tulisannya mengenai peristiwa sehari-hari yang sepele, tapi mengandung kedalaman yang selalu diikutsertaan di dalamnya.

Dari semua kebaikan dari buku ini, ada hal yang membuat saya geregetan. Waktu terbit yang di agendakan bulan Mei, terus mundur sehingga baru bisa saya dapatkan di Bulan Juli. Dan ketika akhirnya bisa saya nikmati karya Fahd yang satu ini, saya dapat lebih merasakan kebesaran dari kasih sayang Raja Semesta penjaga Rahim. IBU...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar